Pasar Malam di Sekaten Yogya Akan Diadakan 2 Tahun Sekali

4 Oktober 2019 14:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kondisi terkini bianglala di Pasar Sekaten, Yogyakarta. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi terkini bianglala di Pasar Sekaten, Yogyakarta. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Keramaian dan kemeriahan pasar malam dalam Hajad Dalem Sekaten atau Sekaten di Alun-alun Utara Yogyakarta tahun ini dipastikan tidak digelar. Pasar malam itu akan diadakan tiap dua tahun sekali, artinya pasar malam di sekaten akan ada di tahun 2020.
ADVERTISEMENT
Keputusan itu disampaikan Gubernur sekaligus Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X.
"Untuk pasar malam dua tahun sekali kesepakatan dengan Kota (Yogyakarta). Ya semestinya yang mengumumkan (pemerintah) Kota. Tahun depan (ada lagi)," kata Sultan di Kompleks Kepatihan Pemda DIY, Kota Yogyakarta, Jumat (4/10).
Wali Kota Yogyakarta Hariyadi Suyuti menambahkan tradisi sekaten akan tetap ada, namun tanpa pasar malam. Dia menjelaskan tahun ini pihaknya tidak menganggarkan APBD untuk pasar malam.
Suasana Alun-alun Utara, tempat yang biasa digunakan untuk acara pasar malam dalam perayaan Sekaten. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Dia menjelaskan anggaran yang dikeluarkan untuk pasar malam setidaknya mencapai Rp 1,5 miliar sampai Rp 2 miliar. Jumlah tersebut untuk penataan hingga pengisi acara.
"Tahun depan akan ada lagi ya (pasar malam), ya kan komitmen kita tahun genap. Pasar malemnya, kita melakukan kajian. Nanti untuk pasar malam sebagai ikutan daripada kegiatan perayaan sekaten ini akan kita kaji. Lebih pada konten, bukan pada akses (kemacetan)," kata Haryadi di lokasi yang sama.
Suasana Alun-alun Utara, tempat yang biasa digunakan untuk acara pasar malam dalam perayaan Sekaten. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Kabar tak adanya pasar malam di sekaten tahun ini ternyata belum didengar semua warga. Salah seorang warga, Sudarman (58), belum mengetahui jika sekaten tahun ini digelar tanpa pasar malam.
ADVERTISEMENT
"Kalau sekaten tanpa pasar malam, bagi saya ada yang kurang semarak. Sementara pada intinya kalau ada pasar malam berarti banyak pengunjung. Itu corong Masjid Gedhe dalam dakwahnya akan lebih luas," kata Sudarman ditemui di depan Masjid Gedhe Kauman, Kota Yogyakarta.
Sedangkan seorang warga bernama Mardinal menanggapi positif tidak adanya pasar malam di sekaten. Sebab, menurutnya, makna utama sekaten adalah menyiarkan agama Islam.
Namun dia mengakui tanpa pasar malam tentu berdampak pada pendapatan warga yang biasa mengais rezeki dari keramaian tersebut.
"Kalau mungkin ada kurang untuk warganya ingin partisipasi usaha. Tapi memang yang pokok syiarnya itu," ucap Mardinal.
Sebelumnya, Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan (KHP) Kridhamardawa, Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Notonegoro, menjelaskan alasan ditiadakannya pasar malam saat sekaten. Peniadaan itu atas perintah Sri Sultan Hamengku Buwono X.
ADVERTISEMENT
“Itu memang dawuh Dalem sebenernya. Jadi Ngarso Dalem (Sultan) memang sempat dawuh kalau alun-alun itu kalau setiap tahun dipakai pasar malam itu tidak akan pernah bisa bagus,” kata Notonegoro saat jumpa pers Pameran Sekaten 2019 di Bale Raos, Yogyakarta, Kamis (3/10).
Mantu Sultan tersebut menjelaskan, setiap digunakan pasar malam, rumput Alun-alun Utara mengalami kerusakan. Selain itu juga kondisi alun-alun menjadi kotor.
“Kemungkinan dua tahun sekali. Karena dawuh Dalem yang saya tahu sendiri itu adalah supaya kondisi Alun-alun supaya terlihat bagus. Kalau setiap tahun ditempati rusak,” ujarnya.