Pawang Hujan, Percaya Enggak Percaya

17 April 2017 9:59 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Aksi pawang hujan di Stadion Gelora Bandung (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Pria umur 50-an tahun dengan ikat kepala khas Jawa Barat itu berkeliling Stasion Gelora Bandung Lautan Api (GLBA). Pipa rokok terselip di bibirnya. Sesekali dia menyedot pipa dan mengembuskan asap.
ADVERTISEMENT
Namanya Abah Ipin, warga Lengkong Kecil, Bandung, dan orang mengenalnya sebagai pawang hujan. Selain asap rokok yang tak pernah lepas saat dia 'bertugas', sebuah pecut serta air dalam botol selalu dibawa.
Abah Ipin menjadi pemandangan tersendiri saat pertandingan laga pembuka Liga Go-Jek Traveloka Persib vs Arema. Penampilan Abah Ipin menarik seisi stadion untuk menyimak aksinya, akhir pekan lalu.
Ipin mengaku diundang panitia untuk menunda hujan. Sebelum pertandingan dimulai, awan gelap memang menaungi stadion. Ipin kemudian berkeliling setiap sudut stadion, mulutnya dari kejauhan terlihat komat-kamit.
"Saya enggak ritual apa-apa, hanya berdoa kepada Allah," jelas Ipin saat berbincang dengan kumparan (kumparan.com), Senin (17/4).
Aksi pawang hujan di Stadion Gelora Bandung (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Menurut Ipin yang juga kerap disebut sebagai 'orang pintar' ini, dia tidak pernah melakukan ritual sesajen atau apa pun. Selama ini, dia hanya berdoa.
ADVERTISEMENT
"Abah minta doa kepada Allah, yang maha segalanya. Abah minta izin, minta ke Allah agar hujannya tidak jadi dulu," beber dia.
Abah Ipin bekerja dengan zikir dan doa. Dia hanya percaya kalau meminta kepada yang kuasa, seperti diajarkan gurunya, semua bisa terjadi.
Hujan tidak terlalu lebat sempat turun selama 30 menit di GLBA, sebelum pertandingan dimulai pukul 18.30 WIB. Setelah itu hujan berhenti dan tidak lama acara seremoni dimulai. Ipin kemudian berlalu ke luar stadion mencari panitia. Entah ada urusan apa di belakang sana antara dia dan panitia.
Soal fenomena pawang hujan ini kumparan meminta pendapat Kabag Humas Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Harry Tirto Djatmiko. Bagi dia, soal pawang hujan ini mesti ada data dan penelitian, baru bisa dikatakan benar atau tidak.
ADVERTISEMENT
"Percaya enggak percaya. Tapi ya mereka (pawang hujan) memang ada," jelas Harry.
Harry menyampaikan dari sisi BMKG, tentu semua harus memakai data ilmiah. Jadi perlu ada penelitian khusus mengenai pawang hujan ini.
"Mesti ada penelitian khusus," tutup dia.