Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
PBB: 10 Ribu Rohingya Tewas Dibantai Tentara Myanmar
29 Agustus 2018 9:32 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
ADVERTISEMENT
Kekerasan yang menimpa Rohingya di Rakhine, Myanmar, adalah sebuah tragedi kemanusiaan yang telah berlangsung selama lebih dari tiga dekade. Kekerasan pada 2017 dianggap salah satu yang terparah, menyebabkan ribuan tewas dan lebih dari 700 ribu orang mengungsi.
ADVERTISEMENT
Dengan alasan memberantas separatisme dan terorisme kelompok bersenjata, militer Myanmar menggeruduk desa-desa Rohingya di Rakhine yang mereka sebut "operasi pembersihan". Operasi ini sejatinya adalah pembantaian manusia.
Rumah-rumah warga Rohingya dibakar, mereka dibunuh dengan cara keji, perkosaan massal, tidak pandang bulu, pria, wanita, atau bahkan anak-anak. Menurut temuan PBB, sekitar 10 ribu Rohingya tewas.
"Operasi pembersihan adalah bencana hak asasi manusia. Ribuan Rohignya terbunuh atau terluka. Informasi yang dihimpun Misi menunjukkan hingga 10 ribu kematian terjadi," ujar laporan HAM PBB terbaru itu.
ADVERTISEMENT
"Pembunuhan massal terjadi di desa Min Gyi (Tula Toli), Maung Nu, Chut Pyin, Gudar Pyin, dan desa-desa di Koe Tan Kauk. Pada beberapa kasus ratusan orang tewas. Di Min Gyi dan Maung Nu, warga desa dikumpulkan, pria dewasa dan anak lelaki dipisahkan dan dibunuh. Di Min Gyi, wanita dan gadis dimasukkan ke rumah-rumah, diperkosa massal, lalu dibunuh atau dibikin terluka parah," ujar laporan PBB.
PBB melanjutkan, warga Rohingya dimasukkan ke dalam rumahnya dan rumah itu dibakar. Mayat-mayat Rohingya ditumpuk di kendaraan militer, lalu dibakar atau dikubur di pekuburan massal. Kebanyakan korban terbunuh akibat ditembak atau dibacok dengan parang. Pelakunya adalah tentara yang dibantu warga Rakhine non-Rohingya.
ADVERTISEMENT
"Semua orang lari menyelamatkan diri. Saya bahkan tidak sanggup membawa anak-anak saya," kata seorang warga Rohingya yang diwawancara penyidik PBB.
Akibat kekerasan ini, lebih dari 725 ribu warga Rohingya mengungsi ke Bangladesh. Mereka kini berada di kamp pengungsian yang telah disesaki ribuan Rohingya yang datang jauh lebih dulu.
"Misi bertemu banyak anak-anak dengan luka yang terlihat, sesuai dengan pengakuan adanya tembakan, tikaman, atau dibakar," ujar laporan PBB.
Dalih tentara Myanmar memberantas separatis dimentahkan oleh PBB. Menurut penyidik, dalih itu hanya digunakan sebagai alasan untuk membantai Rohingya. Nyatanya, penyelidikan menemukan fakta bahwa pembantaian itu dilakukan secara sistematis dan telah direncanakan dengan matang. Operasi yang dilakukan tidak proporsional jika disebut pembalasan atas serangan kelompok bersenjata.
ADVERTISEMENT
"Walau operasinya mencakup wilayah yang luas, tapi caranya sama. Tentara Tatmadaw (tentara Myanmar) akan menyerang desa pada dini hari, biasanya bersama dengan penegak hukum lainnya, seringnya bersama para pria Rakhine dan terkadang dengan pria dari etnis minoritas lainnya," ujar laporan PBB.
Laporan PBB dihimpun setelah dilakukan penyelidikan dan interogasi korban antara September 2017 hingga Juli 2018 di Bangladesh, Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Inggris. Tim Penyidik Dewan HAM PBB juga melakukan konsultasi dengan 250 organisasi pemerintah, non-pemerintahan, peneliti, dan diplomat.
Atas pembantaian ini, Dewan HAM PBB menyebut para petinggi militer Myanmar bertanggung jawab dan harus diadili. Menurut PBB, orang-orang inilah yang memiliki kendali dan perintah terhadap pembantaian Rohingya di Rakhine.
ADVERTISEMENT
"Termasuk Panglima Militer Tatmadaw, Jenderal Senior Min Aung Hlaing," tulis PBB.