PBB: 22 Anak di Yaman Tewas Terkena Serangan Udara

25 Agustus 2018 3:39 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana pemakaman anak-anak korban penyerangan di Yaman, Senin (13/8/2018). (Foto: Reuters/Naif Rahma)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana pemakaman anak-anak korban penyerangan di Yaman, Senin (13/8/2018). (Foto: Reuters/Naif Rahma)
ADVERTISEMENT
Setidaknya 22 anak dan empat perempuan tewas akibat serangan udara koalisi pimpinan Saudi. Mereka terkena serangan saat melarikan diri dari pertempuran pecah di Yaman.
ADVERTISEMENT
Empat anak lainnya tewas dalam serangan udara terpisah. Mereka berada di distrik Al-Durayhimi, di selatan kota Hodeida yang dikuasai pemberontak.
Melihat hal ini, PBB mengutuk keras serangan terhadap warga sipil.
"Ini adalah kedua kalinya dalam dua minggu, serangan udara oleh koalisi pimpinan Saudi telah mengakibatkan puluhan korban sipil," kata perwakilan PBB untuk urusan kemanusiaan, Mark Lowcock, dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir AFP, Sabtu (25/8).
Suasana pemakaman anak-anak korban penyerangan di Yaman, Senin (13/8/2018). (Foto: Reuters/Naif Rahma)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana pemakaman anak-anak korban penyerangan di Yaman, Senin (13/8/2018). (Foto: Reuters/Naif Rahma)
Kantor berita Saba yang dikuasai pemberontak mengatakan serangan udara pada Kamis menghantam bus dan sebuah rumah. Namun, Uni Emirat Arab, mitra utama dalam koalisi, menyalahkan kelompok Houthi atas serangan itu.
Untuk itu, PBB melalui Sekjennya, Antonio Guterres, akan melakukan sebuah investigasi langsung dan independen. Mengingat, tiga dari lima anggota dewan permanen - Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris - telah mendukung koalisi dalam kampanye militernya meskipun mereka telah menyatakan keprihatinannya terhadap jumlah korban yang besar.
ADVERTISEMENT
Sementara, Kuwait yang berdiri sebagai anggota dewan non-permanen adalah bagian dari koalisi yang melawan pemberontak Huthi.
Dipimpin oleh Arab Saudi, koalisi meluncurkan operasi militernya di Yaman sejak tahun 2015. Serangan tersebut dilakukan untuk menarik kelompok Houthi yang masih memegang ibu kota Sanaa. Dalam hal ini, Houthi merupakan kelompok Syiah yang didukung Iran.
Selama pertempuran, lebih dari 10.000 orang tewas. Menurut PBB, kondisi ini dianggap sebagai krisis kemanusiaan terparah di dunia.