Pelaku Pembunuhan Khashoggi Diduga Konsumsi Heroin

13 November 2018 15:37 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jamal Khashoggi. (Foto: REUTERS)
zoom-in-whitePerbesar
Jamal Khashoggi. (Foto: REUTERS)
ADVERTISEMENT
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebut rekaman terkait pembunuhan terhadap Jamal Khashoggi berisi hal-hal yang begitu mengerikan. Bahkan pelaku pembunuhan Khashoggi diduga saat melakukan aksinya tengah memakai heroin.
ADVERTISEMENT
Erdogan mengatakan rekaman tersebut telah disebar ke beberapa negara seperti Amerika Serikat, Prancis, Jerman, termasuk Arab Saudi yang dituding sebagai pihak pembunuh Khashoggi. Menurut Erdogan, intelijen Saudi begitu terkejut ketika mendengar rekaman tersebut.
"Kami memutar rekaman yang terkait dengan pembunuhan kepada mereka yang mau mendengarnya. Pejabat Intelijen kami tidak menyembunyikan apa pun," sebut Erdogan seperti dikutip dari Reuters, Selasa (13/11).
"Rekaman itu mengerikan. Bahkan, intelijen Saudi yang mendengar rekaman terkejut dan berkata, (pelaku pembunuhan) ini pasti sedang memakai heroin. Hanya orang yang memakai heroin yang bisa melakukan ini," sambung dia.
Khashoggi merupakan seorang kolumnis Washington Post yang tewas setelah masuk ke Konsulat Jenderal Saudi di Istanbul pada 2 Oktober lalu.
ADVERTISEMENT
Saat memberi keterangan mengenai pembunuhan Khashoggi, pemerintah Saudi kerap berubah-ubah. Awalnya mereka menyangkal kematian wartawan kritis tersebut, tapi akhirnya Saudi mengaku Khashoggi telah tewas.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. (Foto: Cem Oksuz/Presidential Press Office/Handout via REUTERS)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. (Foto: Cem Oksuz/Presidential Press Office/Handout via REUTERS)
Hanya saja, Saudi menyangkal Khashoggi tewas karena dibunuh. Versi Saudi, pria 59 tahun itu kehilangan nyawa karena berkelahi di dalam gedung konsulat.
Erdogan meragukan keterangan Saudi. Ia meyakini pemimpin Saudilah yang menginstruksikan pembunuhan terhadap Khashoggi.