Pemotongan Nisan Salib, Kevikepan Yogya Tawarkan Pendampingan Keluarga

18 Desember 2018 19:44 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Komisi Keadilan Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan Kevikepan Yogyakarta, Agus Sumaryoto. (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Komisi Keadilan Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan Kevikepan Yogyakarta, Agus Sumaryoto. (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Masyarakat Yogyakarta digegerkan dengan nisan bentuk salib yang dipotong pada makam milik Albertus Slamet Sugihardi di Pemakaman Umum Jambon, Purbayan RT 53 RW 13, Kotagede, Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Untuk mengantisipasi hal-hal tertentu, Ketua Komisi Keadilan Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan Kevikepan Yogyakarta, Agus Sumaryoto, menawarkan memberikan pendampingan pada keluarga Slamet. Pendampingan dilakukan setelah viralnya unggahan kondisi makam tersebut di Facebook.
“Kami semua sepakat untuk menciptakan suasana damai. Soal itu kan nanti akan kami coba dekati., terutama misalnya mengalami trauma kami pulihkan, ya kami temani. Itu saja. Kalau kami mungkin lebih menemani dan memulihkan traumanya itu karena peristiwa (viral) itu bagaimanapun mempengaruhi psikologi,” jelas Agus di Pesantren Nurul Umahat, Yogyakarta, Selasa (18/12).
Pihaknya, kata Agus, juga akan melakukan pencocokan antara kejadian di media sosial dengan yang sebenarnya terjadi di lapangan. Terkait pemotongan nisan salib itu Agus menanggapi dengan bijak bahwa keimanan adanya di hati.
Makam Slamet di pemakaman Jambon Purbayan. (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Makam Slamet di pemakaman Jambon Purbayan. (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
“Sebenarnya itu semua itu simbol. Iman Katolik ada di dalam hatinya, kalau simbol itu seperti apa barang-barang dirusak, sebenarnya yang sakit sosialnya. Kalau imannya tidak akan terpengaruhi. Langkah kami akan pendekatan ke keluarga,” ungkap Agus.
ADVERTISEMENT
Kevikepan merupakan wilayah karya pastoral yang terdiri atas beberapa paroki dan menjadi wilayah koordinasi antarparoki yang ada di Yogyakarta.
Sebelumnya, tokoh masyarakat setempat bernama Nur Hudin menjelaskan, makam Slamet diletakkan di pinggir karena pada awalnya akan dibuat blok sendiri antara muslim dan nonmuslim.
“Di pinggir artinya nanti akan kita blok sendiri bahwa ini muslim, ini non(muslim). Kalau di tengah-tengah kan campur aduk,” ujar Nur Hudin.
Pemotongan salib dan letak makam juga sudah atas kesepakatan masyarakat dengan keluarga. Ketika ditanya terkait keputusan tak boleh ada simbol agama di makam, keluarga telah menyatakan ikhlas.
“Keluarga tidak mempersalahkan. Ini viral orang luar yang memviralkan. Keluarga itu adem ayem. Keluarga mesake (kasihan) masih berduka ditanya ngalor ngidul (ke sana kemari),” pungkasnya.
ADVERTISEMENT