Polisi: Keluarga Sepakat Nisan Berbentuk Salib di Yogya Dipotong

18 Desember 2018 16:35 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Makam Slamet di pemakaman Jambon Purbayan. (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Makam Slamet di pemakaman Jambon Purbayan. (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
ADVERTISEMENT
Masyarakat Yogyakarta dihebohkan dengan sebuah makam dengan nisan salib yang terpotong di sebuah pemakaman di Kotagede, Kota Yogyakarta. Kapolsek Kotagede Kompol Abdul Rochman menjelaskan, pemotongan nisan salib tersebut sudah atas kesepakatan keluarga bahwa tidak ada simbol agama di pemakaman.
ADVERTISEMENT
“Ada (peristiwa) seperti itu karena pihak keluarga setuju. Kalau tidak setuju, mungkin tidak dipotong. Keluarga sepakat biar sama, tidak ada perbedaan yang lain. Dari situ di luar muncul (isu) yang lain-lain,” jelas Rochman di Pesantren Nurul Umahat, Yogyakarta, Selasa (18/12).
Rochman mengklarifikasi terkait permasalahan yang muncul, dengan membenarkan Albertus Slamet Sugihardi telah meninggal pada Senin (17/12) dan hendak dimakamkan di Pemakaman Umum Jambon, Purbayan RT 53 RW 13, Kotagede, Yogyakarta. Di Purbayan sendiri diakuinya mayoritas masyarakatnya merupakan muslim.
“Sehingga, ada satu keluarga nonmuslim di situ yang mau dimakamkan di tempat tersebut,” ungkap Rochman.
Kemudian pihaknya sempat bernegosiasi dengan masyarakat sekitar apakah Slamet boleh dimakamkan di situ. Masyarakat menyetujuinya, dengan syarat tidak ada simbol-simbol agama.
ADVERTISEMENT
“Sehingga, dengan kesadaran bahwa itu dari pihak keluarga, dia memakamkan. Phak keluarga besar mengizinkan simbol itu (salib) dipotong,” bebernya.
Kapolsek Kotagede, Kompol Abdul Rochman. (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kapolsek Kotagede, Kompol Abdul Rochman. (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
Rochman menuturkan kesepakatan itu disepakati secara resmi pada hari ini. Sementara hari-hari sebelumnya kesepakatan hanya dilakukan secara lisan. Sementara itu, masalah ini juga dianggap sudah selesai dengan adanya pernyataan secara tertulis antara pihak keluarga dengan masyarakat sekitar.
“Saya berharap kepada rekan-rekan media itu bisa membantu kami, bahwa tidak seheboh yang ada di media sosial. Sekarang sudah kondusif,” katanya.
Sementara itu, seorang tokoh masyarakat setempat bernama Bedjo Mulyono menyatakan di kelurahan tersebut ada 300 rumah dan hanya 3 rumah yang nonmuslim. Ia juga memastikan masyarakat menjunjung tinggi toleransi, salah contohnya dengan memakamkan warga yang nonmuslim.
ADVERTISEMENT
“Dipotong (salib di nisan) sesuai kesepakatan karena kesepakatan warga tidak ada simbol dan di pinggir (lokasi). Maka itu tadi dipotong,” ucap Bedjo, Selasa (18/12).