Pengakuan 2 Korban Prostitusi: Tak Dibayar hingga 'Direstui' Suami

8 Oktober 2019 17:09 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelaku prostitusi di bawah umur berinisial A di Kawasan Puncak, Bogor.   Foto: Andreas Ricky Febrian/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pelaku prostitusi di bawah umur berinisial A di Kawasan Puncak, Bogor. Foto: Andreas Ricky Febrian/kumparan
ADVERTISEMENT
Perempuan muda itu hanya menunduk, tak ingin wajahnya terlihat oleh kami. Ia hanya menyebut namanya berinisial A dan mengaku berumur 17 tahun.
ADVERTISEMENT
A merupakan pramuria yang diamankan jajaran Bareskrim Polri di kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat, pada Jumat (4/10) subuh lalu dalam operasi pembongkaran praktik prostitusi.
A menceritakan awal mula ia masuk ke dunia prostitusi, di usianya yang waktu itu masih 15 tahun.
“Dimulai umur 15 tahun, itu habis kelar di madrasah, langsung dijodohin keluarga sama om-om (lalu menikah). Saya enggak mau karena disiksa, terus cerai, sampai ke kantor polisi cerainya. Terus kerja di pabrik di Parung Kuda itu, ada yang ngenalin sama germo,” kata A mengawali cerita ketika dijumpai kumparan di ruang diskusi Subdit 3 Tipidum, Bareskrim Polri, Jumat (4/10).
Pertemuannya dengan germo berinisial Y itu membuatnya nekat kabur ke Puncak, Bogor. Ia pergi dari kampung halamannya di Banten dengan harapan bisa berpenghasilan lebih baik.
ADVERTISEMENT
Saat pertama kali bekerja, A diperintahkan germonya untuk melayani dua pelanggan. Satu bertampang Arab, satunya lagi berwajah Tionghoa.
Kerja pertamanya rupanya tak mulus. Meski sudah melayani dua pelanggan, ia tak diberi upah sepeser pun. Akhirnya, ia pun memutuskan bekerja dengan Y, seorang germo yang juga membantu suaminya bekerja sebagai Biong (sebutan bagi penjaja/makelar/kontak penyedia jasa prostitusi).
“Dia punya teman di Puncak namanya Y (Y merupakan salah seorang penyedia jasa prostitusi, bisa dibaca di artikel sebelumnya). Sudah aku kerja di Puncak, aku pindah lagi ke dia, karena aku enggak dikasih uang,” tuturnya.
Di bawah binaan Y, A bisa hidup sedikit lebih baik. Dalam semalam, ia bisa meraup ratusan ribu rupiah, dipotong 20 persen untuk Biongnya.
ADVERTISEMENT
“Ke Biong kalau kita dapat Rp 700 ribu dipotong pek go (atau Rp 150 ribu). Kalau joget cepek (Rp 100 ribu). Kalau Indonesia dipotong 100 doang,” kata A.
Sebagian besar penghasilannya itu dikirim ke orang tuanya di kampung halaman. Maklum, A merupakan anak pertama yang masih memiliki satu adik, yang saat ini duduk di bangku Taman Kanak-kanak (TK).
“Kirimnya Rp 3 juta ke ibu-bapak, buat biaya mereka. Buat adik sekolah juga, sisanya buat kontrakan, makan, dan sehari-hari,” ungkapnya.
Sejauh ini, orang tua A memahami penghasilan anaknya karena bekerja sebagai pelayan di sebuah restoran. Selebihnya, ia mengakui keluarganya cukup agamis dan tak mengetahui dunia malam yang digelutinya.
Sempat berhenti jadi PSK saat punya pacar
ADVERTISEMENT
Sebetulnya, A sempat keluar dari kerja malam ini saat ia memiliki pacar. Ia sempat setahun lamanya tidak menjual dirinya kepada pria hidung belang.
Ya, saat punya pacar, ia sama sekali tidak bersentuhan dengan dunia malam. Namun, nasibnya berubah saat ia putus dengan pacarnya, lalu ia kembali terjun ke dunia prostitusi.
Mirisnya, pekerjaan pertamanya setelah kembali ke dunia malam justru membuatnya tertangkap pada saat penggerebekan Jumat subuh lalu.
“Orang tua nangis waktu dikabari,” tutup A.
-------------
Pelaku prostitusi di bawah umur berinisial AL di Kawasan Puncak, Bogor. Foto: Andreas Ricky Febrian/kumparan
Setelah bertemu A, kumparan berbincang dengan wanita ketiga. Wanita muda ini, secara fisik, lebih tinggi dari rekan-rekannya, sekitar 175 cm.
Badannya berisi, perutnya buncit. Dia sedang hamil saat ditangkap polisi. Menurut keterangan polisi, ia sedang mengandung 7 bulan. Riasan matanya masih terlihat, ditambah bulu mata palsu.
ADVERTISEMENT
Wajahnya pun tegang saat bertemu kami. “Saya AL, usia 21 tahun,” katanya singkat memperkenalkan diri.
Putri penambang emas di kawasan Banten ini berkisah tentang masa lalunya. AL pernah menikah dengan pria yang tidak dicintainya. Usia pernikahan mereka juga hanya bertahan dalam hitungan bulan.
“Karena enggak cinta dan mungkin enggak jodoh,” ungkapnya.
Setelah berpisah, ia mencoba peruntungan dengan bekerja di salon di kawasan Puncak, Bogor. Namun, penghasilannya kurang memuaskan.
AL pun tergoda dengan ajakan temannya untuk menjajakan diri di kawasan Puncak.
“Diajakin teman di vila-vila, nawarin kerja baru, teman saya berhenti, saya malah minat,” tutur AL.
Saat mencoba bisnis ini, penghasilannya bisa berkali-kali lipat. Tiap malam dia mendapat penghasilan bersih Rp 800-900 ribu. Itu juga sudah dipotong untuk Biong sebagai penyedia layanan.
ADVERTISEMENT
“Main sekali durasi jam 00.00 WIB sampai 04.00 subuh. Enggak boleh lebih dari itu, kalau lebih kena charge Rp 200 ribu,” jelasnya.
Meski tidak setiap hari bekerja seperti itu, selama sebulan ia bisa meraup Rp 4 juta.
AL juga telah menikah dengan seorang pengemudi ojek pangkalan.
Saat mengetahui pekerjaan AL, suaminya kecewa. Namun, mau bagaimana lagi, kondisi mereka juga terhimpit ekonomi.
“Dia sangat marah, tapi dia diam. Dia tahu sebenarnya, tapi gimana lagi, enggak bisa ngomong apa-apa,” ucap AL.
Ilustrasi prostitusi. Foto: Helmi Afandi/kumparan
Suaminya pun berusaha menerimanya. Ketika AL pamit untuk 'keluar sebentar' pada malam hari, suaminya tak kuasa melarangnya.
“Bilang boleh, ya, enggak boleh, kalau enggak boleh, ya, enggak ada duit,” katanya.
ADVERTISEMENT
Terkait kehamilannya, AL memastikan bayi dalam kandungannya adalah buah hati bersama suaminya. Jenis kelamin bayinya adalah laki-laki.
“Ini anak saya dengan suami,” tutur AL.
Sebetulnya, sebelum ditangkap, AL sudah sempat berhenti dua minggu dari pekerjaannya. Namun, kabar tak mengenakkan datang dari kedua orangnya yang sakit. Bapaknya sakit tifus, ibunya memiliki penyakit jantung.
Mau tak mau, ia terpaksa turun lagi mencari uang dengan cara pintas ini.
“Sudah niat berhenti, pas (Jumat) malam tadi ada job ikut lagi. Sudah berhenti 2 minggu. Tapi kan ekonomi lagi sakit,” tutup AL.
Wawancara kami dengan AL berjalan lebih tenang. AL tidak menangis, mukanya juga tegar. Dia mengaku sampai saat ini orang tuanya tidak tahu pekerjaannya di dunia malam sampai akhirnya tertangkap polisi.
ADVERTISEMENT