Pengakuan Mantan Calon Bupati di Aceh yang Pernah Pasang Susuk

2 Agustus 2018 9:46 WIB
Ilustrasi susuk pejabat (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi susuk pejabat (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Fenomena penggunaan susuk, jimat, atau berbagai hal mistis lainya bukanlah cerita baru dalam masyarakat Indonesia. Hingga saat ini fenomena susuk tersebut ternyata masih ada dan marak digunakan oleh masyarakat baik itu orang biasa, selebriti hingga pejabat.
ADVERTISEMENT
Banyak alasan dan tujuan mengapa mereka memilih melakukan hal tersebut, mulai untuk memikat perhatian lawan jenis, mendongkrak aura dan kharisma, mempertahankan jabatan, hingga untuk menang dalam pertarungan mendapatkan kekuasaan seperti pada pemilihan kepala daerah hingga jabatan strategis lainnya.
Beberapa pejabat dan politisi Tanah Air turut membenarkan hal tersebut, mereka tak menampik. Hingga saat ini kegiatan tersebut masih sering ditemui apalagi menjelang pemilu. Tujuan akhirnya tentunya menang dalam perebutan kekuasaan.
Hal itu diungkapkan oleh Wasekjen Partai Berkarya, Nurchalis. Saat berbincang dengan kumparan, dia menceritakan bagaimana susuk begitu dekat dengan sebagian pejabat. Apalagi menjelang pemilihan. Namun lagi-lagi itu semua hak pribadi dan tanggungjawab individu dengan Tuhannya.
"Ya ada (susuk) dan saya pernah dengar itu dan perbincangan sama teman-teman ‘eh ini pilkada mau dekat pake seperti ini’, seperti itu ya kan, tapikan bagi saya itu privasinya tapi saya tidak mau terlibat," ujar Nurchalis kepada kumparan di Jalan Antasari, Cilandak, Jakarta Selatan, Senin (30/7).
ADVERTISEMENT
Menurut Nurchalis yang pernah menjadi pejabat Eselon II di Pemprov Aceh ini, susuk-susuk yang diberikan oleh paranormal atau dukun biasanya lewat media jimat dan benda-benda seperti cincin, batu, hingga ikat pinggang.
"Saya pernah dulu dari teman-teman lihat lewat cincin, kemudian ada jimat, ada di tali pinggang dan juga tatapan matanya gitu. Banyak teman-teman saya ada yang seperti itu dan saya yakin itu ada tapi ini lagi-lagi privasi. Apalagi pemilu ini sudah mencari ini di mana-mana dengan berbagai cara. Intinya itu ada dan terus ada," katanya.
Nurchalis mengaku pernah ditawari susuk oleh salah satu tim suksesnya saat dia ikut dalam Pemilihan Bupati Nagan Raya di Aceh tahun 2017 lalu. Tujuannya kala itu tak lain adalah agar dia menang dalam pemilihan.
ADVERTISEMENT
Susuk yang diceritakan Nurchalis bukanlah susuk pada umumnya yang berupa benda dimasukkan ke dalam tubuh. Tetapi susuk dalam bentuk penyucian diri dengan cara dimandikan sambil dirapalkan doa-doa. Ritual mandi ini diiringi dengan atraksi kuda lumping.
"Saya bilang setiap timses kasih cara itu, jadi ada kadang kala saya ditarik orang yang bermain kuda lumping terus yang narik itu kemasukan gitu (kesurupan) kemudian saya disiram dan itu saya gak tau itu untuk apa," ujarnya.
Pemain kuda lumping yang menyiram air ke tubuh Nurchalis juga bukan sembarangan, sebelumnya dia sudah melakukan ritual dan dalam kondisi kesurupan.
"Dia menari, ada yang masuk dan bukan dia lagi ya gitu, dan di sana kita diarahakan ikut dan dibilang kita akan menang," katanya.
ADVERTISEMENT
Nurchalis merasa ritual itu merupakan hal yang biasa saja, hanya sekadar budaya yang ada di Indonesia. Dia tidak terlalu percaya dan mengembalikan semua takdirnya pada Tuhan.
"Saya salat lima waktu sesudahnya, tapi memang saya juga anggapnya itu budaya," ujar Nurchalis yang kalah bersaing dalam Pilbup Nagan Raya itu.
Ilustrasi dukun. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dukun. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Fenomena ini menurutnya masih akan terus berlangsung apalagi menjelang pelaksanaan pemilu. Ia juga yakin para politisi dan pejabat tak ada yang berani menampik keberadaan hal-hal mistis yang di luar nalar tersebut.
"Ini menarik ini, liputan ini saya pikir nggak ada politisi yang tidak membenarkan dan saya yakin ini ada, tapi wujudnya mungkin berbeda dari berbagai wilayah," tambahnya.
Meski susuk, jimat dan hal-hal mistis hasilnya belum dipastikan keampuhannya, namun nyatanya masih banyak masyarakat yang percaya dengan hal tersebut. Meski demikian, menurut Nurchalis, sebagai manusia yang menyembah Tuhan, tak selayaknya manusia mempertaruhkan keyakinannya terhadap susuk, meskipun secara undang-undang tidak ada pasal yang mengatur hal tersebut.
ADVERTISEMENT
“Saya pikir ya saya berharap selaku saya muslim ya nggak usahlah (pakai susuk). Percaya sama Allah ajalah siapa yang menang, menanglah,” kata Nurchalis.
“Jadi saya pikir rakyat sudah cerdaslah hari ini, jadi kalau hal-hal seperti itu sudah buang ajalah udah nggak usah ajalah. Anggap saja pilihan rakyat lah, karena kan defenisi kan suara rakyat ada suara Tuhan,” imbuhnya.
Simak selengkapnya dalam konten spesial kumparan dengan topik Susuk Pejabat.