Pengakuan Pembuat Cerita FTV Azab: Emak-Emak Suka yang Kejam

24 Oktober 2018 14:01 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Azab tertimpa longsoran. (Foto: Nunki Lasmaria Pangaribuan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Azab tertimpa longsoran. (Foto: Nunki Lasmaria Pangaribuan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Pernahkah kita membayangkan proses yang dijalani orang-orang di balik layar sinetron religi? Misalnya, menerjemahkan naskah menjadi adegan yang layak ditayangkan. Memilih dialog-dialog ringan yang terdengar natural. Atau proses di balik pemilihan judul ‘Jenazah Mandor kejam Mati Terkubur Cor-Coran dan Tertimpa Meteor’ yang adegannya sempat viral di media sosial.
ADVERTISEMENT
Kita jarang melihat bagaimana ide bermula termasuk proses produksinya. Yang kita tahu tontonan itu sudah siap tersaji di layar kaca. Setelah menonton, kemudian muncul kata-kata, ‘wah adegan ini tidak masuk akal’ atau ‘kok bisa sedrama itu’. Memang tidak semua penonton seperti itu. Akan tetapi, ungkapan itu banyak ditemukan di kolom komentar media sosial.
Semoga cerita dua penulis naskah FTV ‘Dzolim’ produksi MNC Pictures, Henny Puspita (39) dan Nazaruddin Thamrin (51), memberikan gambaran proses kreatif di balik tayangan sinetron ‘Dzolim’, dari menemukan ide hingga menjadi judul dengan adegan yang dinilai bombastis.
Dibandingkan dengan Nazaruddin, Henny merupakan pemain baru di dunia script writing. Dia mendalami dunia kepenulisan tiga tahun terakhir ini. Sementara, pria yang tinggal di Rawamangun, Jakarta Timur, sudah menggeluti bidang ini sejak tahun 1990-an. Selain 'Dzolim', ia juga menulis untuk serial lain.
ADVERTISEMENT
Ketika ditanya sumber inspirasi cerita untuk 'Dzolim', ada pola yang sama. Kedua penulis ini mengatakan, ide berasal dari lingkungan sekitar. Misalnya, terinspirasi dari insiden kecelakaan atau orang yang meninggal jatuh dari pohon. Tetapi ide itu juga bisa berasal dari curi dengar dari percakapan orang ataupun membaca buku serta memperhatikan kejadian yang ada di sekitar.
Hanya saja, yang membedakan adalah level imajinasi yang dituangkan dalam tulisan.
“Kalau kejadian sehari-hari ditulis sebagaimana yang terlihat, itu menjadi tidak menarik,” ujar Nazaruddin kepada kumparan, Selasa (23/10).
Nazaruddin menambahkan, dia harus melihat sisi lain dari sebuah cerita yang sebelumnya tidak terbayang oleh pemirsa dalam mereka adegan. Tujuannya, penonton menjadi lebih betah menyaksikan tayangan karena terbius dengan ‘hal yang ajaib’ di layar.
ADVERTISEMENT
“Ya sekarang kan program sejenis banyak, kalau adegannya tidak menarik, ya mereka pindah saluran,” ucap Nazaruddin.
Henny juga mengamini apa yang dilakukan Nazaruddin. Dia harus meramu imajinasinya sendiri ketika menuliskan skrip berjudul 'Penjual Ikan Meninggal Tersedak Duri Ikan'.
“Ya memang harus dipikirkan setelah jatuh itu nanti (jenazah) terbang ke mana, lalu ada azab apalagi,” ungkap Henny.
Akan tetapi, Henny pernah mencari hadis terkait azab orang kikir setelah proses revisi.
“Di situ (film) kan ada pesan agamanya, jadi ya harus cari-cari dalilnya kalau sudah mulai penulisan skenario,” ujar Henny.
Kedua penulis ini mengirimkan ide naskah berdasarkan apa yang ingin mereka angkat. Akan tetapi, pihak MNC Pictures merekomendasikan agar mengirimkan naskah dengan isi azab yang kejam karena ratingnya yang tinggi.
ADVERTISEMENT
“(Penonton) emak-emak itu lebih suka kalau azabnya kejam-kejam,” ungkap asisten sutradara MNC Pictures Randi Pratama kepada kumparan melalui sambungan telepon, Selasa (23/10).
Randi juga membeberkan proses penggodokan naskah sebelum proses syuting.
“Kalau judul tidak terlalu berubah dari penulis, tetapi ada adegan yang dipadatkan karena durasi,” ungkap Randi.
Tim produksi kebanyakan merevisi alur logika dari sebuah cerita. Untuk adegan yang liar, jika tidak memungkinkan dan tidak logis, maka akan dihapus dari naskah.
Yang tidak terduga dari proses produksi film ini adalah, ada tim khusus yang membuat konten agar viral di sosial media.
“Ada production house sendiri yang membuat konten itu, dengan pemasangan kamera tersembunyi dan lain-lain,” ungkap Randi.
ADVERTISEMENT
FTV ‘Dzolim’ lebih sering mengangkat masyarakat golongan menengah ke bawah. Misalnya, potret pedagang ataupun karyawan swasta yang terkena azab.
Menanggapi hal ini, dengan terang-terangan, Nazaruddin menjelaskan dia menulis naskah disesuaikan dengan penontonnya.
“Pertama kita tahu, kedekatan profesi itu (petani dll) sesuai dengan penontonnya. Artinya penonton ‘Dzolim’ itu ya bukan kelas A, tetapi kelas C, D, E, B saja tipis,” ujar Nazaruddin.
Jika ia menuliskan kisah tentang pekerja kelas atas, ‘ceritanya tidak akan kemakan’.
Saat menulis naskah, Nazaruddin juga mencoba menyamakan pola pikir dengan penontonnya. Hingga akhirnya tercetus adegan yang membuat mereka akan terpukau dan membangkitkan emosi.
“Sebagai penulis, kita bukan sepenuhnya sama dengan mereka (penonton), tetapi mencoba memahami pemikirannya,” ungkap Nazaruddin.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, bagi Henny, menulis naskah untuk ‘Dzolim’ itu berdasarkan apa yang dilihat di lingkungan sekitar.
“Ya saya menulis sesuai dengan orang yang disukai, kalau mereka suka komedi ya saya ke sana, kalau sukanya yang azab-azab begitu, ya saya ikuti,” tutur ibu rumah tangga asal Purwokerto, Jawa Tengah.
Kemudian, banyak penonton yang mempercayai adegan di FTV ‘Dzolim’ adalah kisah nyata. Hal ini memang terdengar tidak rasional, akan tetapi nyatanya ada juga penonton yang mempunyai persepsi yang berbeda.
“Ya memang ada cerita yang berangkat dari kisah nyata, tetapi tetap ada polesan visual,” ujar Nazaruddin.
Sementara itu, Henny mengungkapkan wajar saja karena proses penggalian ide cerita yang berasal dari kejadian sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Di balik banyaknya adegan yang kontroversial, kedua penulis naskah ‘Dzolim’ ini sepakat dengan satu pesan, orang akan mendapatkan balasannya, baik orang baik maupun jahat.
“Hanya saja ‘Dzolim’ memuat dari orang-orang yang melakukan kejahatan serta azab yang diterimanya,” ungkap Nazaruddin.
Pesan lainnya adalah, hidup tidak boleh semaunya sendiri, karena akan ada akibatnya.
Apakah Anda tertarik mengirimkan naskah untuk FTV ‘Dzolim’? Randi menjelaskan, tidak ada syarat khusus untuk terjun di bidang ini.
Ia tidak menjelaskan karakter penulis seperti apa yang naskahnya bisa masuk screening ‘Dzolim’.
“Yang penting tahu menulis dan idenya liar,” ujar Randi.
Randi menjelaskan, MNC Pictures sendiri menggandeng beberapa production house (PH). Penulis bisa mengirimkan naskah ke beberapa PH yang ditunjuk. Barulah PH mengirimkan ke pihak MNC.
ADVERTISEMENT
Setelah disetujui, naskah akan direvisi sesuai dengan keputusan rapat sutradara. Biasanya, revisi meliputi peringkasan adegan karena durasi yang terbatas. Atau tambahan lainnya sesuai dengan kebutuhan saat proses syuting.
Menanggapi viralnya adegan jenazah yang terkubur cor-coran, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menilai adegan tersebut berlebihan.
“Jadi over realita. Hyper realita. FTV dengan genre ini terlalu hyper hyper hyper hyper realita,” ungkap Komisioner KPI Mayong Suryo Laksono.
Sementara itu, banyak juga masyarakat yang melaporkan aduan kepada KPI mengenai FTV religi yang satu ini.
“Aduan ‘Azab’ sampai Selasa yang lalu (16/10), jumlahnya tidak cukup banyak, tapi adalah. Tidak sampai 30an,” jelas Mayong kepada kumparan Minggu (21/10).
Sementara itu, Direktur Penerbitan MNC Group Arya Mahendra Sinulingga mengatakan, menerima kritikan dari KPI.
ADVERTISEMENT
“Artinya tidak ada pelanggaran serius terhadap P3 SPS. Itu sama dengan masukan untuk perbaikan. Ini jadi bahan evaluasi,” tegas Arya, Rabu (24/10).
Simak selengkapnya dalam topik Membedah FTV Azab.