Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Pengalaman Mengunjungi Hong Kong di Mata Wisatawan Muslim Indonesia
26 April 2018 6:27 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
ADVERTISEMENT
Hong Kong telah menjadi salah satu destinasi wisata di Asia bagi wisatawan, khususnya muslim. Sejak beberapa tahun terakhir, negara tersebut berupaya untuk menarik wisatawan muslim dengan cara membuka peluang bagi lokasi wisata dan tempat makan yang bersahabat.
ADVERTISEMENT
kumparan yang tengah berada di Hong Kong untuk mengunjungi beberapa lokasi ramah muslim bersama Hong Kong Tourism Board, tak sengaja bertemu dengan wisatawan asal Indonesia yang sedang berlibur di negara tersebut pada Rabu (25/4). Diah Perwitasari (48), datang bersama suaminya ke Hong Kong karena tertarik dengan keindahan lokasi wisata, serta penasaran dengan informasi yang menyebut bahwa Hong Kong telah menjadi destinasi wisata ramah muslim.
"Dari pemilihan tempat liburan, saya lihat Hong Kong itu serba maju, katanya serba crowded, orang itu jalan enggak tengok kiri-kanan. Tapi begitu kita ke sini, kita different experience gitu," ujar Diah kepada rombongan jurnalis Hong Kong Tourism Board.
Diah yang berdomisili di Depok ini penasaran dengan banyaknya informasi mengenai lokasi wisata di Hong Kong, yang kental dengan nuansa seni dan sejarah. Tak heran, bila kami bertemu Diah di kawasan Old Town Central, salah satu destinasi wisata yang menyajikan perpaduan antara kultur timur dan barat, dengan segala ragam art-street yang mewarnainya.
ADVERTISEMENT
"Ada enggak sih, satu spot yang orang itu bisa escape, tapi tetap bisa melihat sejarah. Kami penasaran dengan penataannya (Old Town Central), dan memang ini sederhana, bahkan tidak tertata. Cuman karena apa adanya, kesederhanaan itu, orang justru tertarik," jelas Diah.
Menurut Diah, sejak berada di Hong Kong pada Minggu (22/4), dia melihat sebuah perpaduan yang kompak antara wisatawan dengan penduduk lokal. Warga lokal, menurutnya hanya menyajikan sebuah kesederhanaan dari kebudayaan lokal, namun tetap dapat bisa dinikmati oleh para wisatawan.
"Kamu enggak usah mencari sesuatu yang mewah untuk mencari kenyamanan, ada di sini. Tinggal bagainana caranya diri kita sendiri, sampai di mana level kita inginkan," ungkap Diah.
Sebagai muslim traveler, Diah memiliki sejumlah kesan tersendiri ketika mencari lokasi yang ramah wisatawan muslim, khususnya ketika ingin mencicipi kuliner lokal namun halal. Diah memang sengaja menginap di kawasan Kowloon, karena di sana berdekatan dengan Kowloon Mosque and Islamic Centre--masjid terbesar dan tertua di Hong Kong--agar dapat beribadah dengan leluasa. Namun, Diah merasa masih memiliki kendala ketika mencari makanan halal.
ADVERTISEMENT
"Terus terang saya dari kemarin memang mencari tempat makan, cari yang halal food. Saya memang cari yang kalau di Kowloon sendiri saya dapat kayak kebab, cuman saya tidak tahu apa itu perilaku orang atau bagaimana. Jadi begitu melihat ada wisatawan, harga yang dikenakan ke kita itu langsung melonjak. Aduh kok kenapa jadi seperti ini?" ucapnya keheranan.
Diah berharap, warga lokal yang sudah memastikan dirinya berjualan makanan halal untuk jujur kepada pembeli. Karena kualitas sebuah makanan tak hanya dinilai dari enak atau tidaknya sebuah hidangan, namun juga harga yang sesuai dan masuk akal.
"Cuman saya enggak bisa apa-apa. Apa mungkin karena kita butuh? Artinya ya sudah, pasti kamu beli. Saya pikir itu salah satu hal yang bisa membuat wisatawan berpikir ulang untuk kembali ke tempat tersebut," ucap dia.
ADVERTISEMENT
Sementara untuk beribadah, Diah merasa tak terlalu kesulitan, berhubung dia menginap di dekat Masjid Kowloon. Diah juga menghitung waktu berwisata, sehingga ketika tiba waktu beribadah, dia dapat segera kembali ke hotel untuk menunaikannya.
"Pengalaman untuk salat kebetulan saya memang mencari hotel yang dekat dengan Masjid Kowloon, jadi supaya saya gampang seperti itu. Kalau ke tempat wisata saya mengaturnya, saya harus pulang sebelum jam asar itu habis. Jadi saya masih bisa melakukan qashar atau jama. Masih bisa seperti itu. Karena selama saya keliling saya belum banyak menemukan tempat yang representatif untuk salat," kata dia.
"Paling saya larinya ke Islamic Centre (bagian dari Masjid Kowloon-red), saya larinya ke situ, yang ada jaminan. Karena walau kayak gimanapun kan saya, kami, harus menjaga. Walaupun kita senang senang, tapi jangan sampai hal-hal yang pokok, prinsip, jangan terlewatkan.
ADVERTISEMENT
Kemarin wisata di sini yang booming itu yang hits itu Victoria (Victoria Park). Nah, itu kami belum menemukan tempat yang represntatif untuk beribadah, salat. Itu kan orang (wisatawan muslim) dari mana pun pasti larinya ke situ," ungkapnya.