Pengamat: Anggota ISIS di Rutan Mako Brimob Bodoh, Sumbu Pendek

9 Mei 2018 13:11 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penjagaan ketat di depan Mako Brimob (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Penjagaan ketat di depan Mako Brimob (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
ADVERTISEMENT
Kerusuhan di Rutan Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, masih berlangsung dan diduga menewaskan beberapa orang. Para pelakunya disebut adalah para napi terorisme, anak-anak buah Aman Abdurrahman, yang telah berbaiat kepada pemimpin ISIS Abu Bakar al-Baghdadi.
ADVERTISEMENT
Peristiwa ini terjadi sejak Selasa malam (8/5) dan berlangsung hingga Rabu (9/5). Drama penyanderaan, penembakan, dan kekerasan terjadi di dalamnya. Ketika berita ini diturunkan, upaya negosiasi tengah dilakukan antara polisi dan para simpatisan ISIS.
Pengamat terorisme dan penggiat media Islam, Muhammad Jibriel Abdul Rahman, membenarkan foto-foto dan vidao yang beredar di internet -menggambarkan baiat dan korban tewas bersimbah darah- adalah benar di Mako Brimob.
Jibriel sendiri pernah dipenjara di Rutan Mako Brimob dan Lapas Cipinang atas tuduhan menyembunyikan informasi tentang terorisme pada 2009 silam. Dia divonis 5 tahun, dan bebas setelah 3,5 tahun atas pertimbangan kelakuan baik.
"Saya lihat itu di Mako Brimob. Blok A, B, C, mirip semua," kata Jibriel ketika dihubungi kumparan, Rabu (9/5).
Kondisi terkini area Mako Brimob (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi terkini area Mako Brimob (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
Menanggapi kerusuhan tersebut, menurut Jibriel para pelakunya adalah "orang-orang ISIS yang bodoh". Jibriel mengatakan, para petinggi ISIS asal Indonesia di Suriah sudah banyak yang taubat, bahkan minta bantuan untuk pulang ke tanah air.
ADVERTISEMENT
"ISIS yang di Indonesia adalah anak-anak sumbu pendek dan bodoh. Tidak tahu informasi selain dari sumber mereka. Orang-orang yang telah lebih dulu berbaiat ke ISIS dari pada mereka, sudah taubat," kata CEO media Arrahmah ini.
Menurut dia, kini banyak anggota ISIS asal Indonesia beserta istrinya ditahan oleh pasukan Kurdi di Irak dan Suriah. Keluarganya telah meminta bantuan untuk memulangkan mereka ke Indonesia.
Jibriel juga mengkritisi penggabungan napi terorisme di satu blok penjara di Rutan Mako Brimob. Pasalnya, pencucian otak dan propaganda bisa terjadi di antara mereka, membahayakan petugas keamanan penjara.
Suasana di depan GPIB Gideon Mako Brimob, Depok (Foto: Ainul Qalbi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di depan GPIB Gideon Mako Brimob, Depok (Foto: Ainul Qalbi/kumparan)
"Seharusnya mereka dipisahkan sehingga terputus rantainya. Bagi mereka, sebaik apapun sipir penjara, tetap mereka anggap thagut, boleh dibunuh. Napi teroris dulu tidak segila dan seekstrem ini," ujar Jibriel.
ADVERTISEMENT
Tidak mudah meredikalisasi para napi terorisme ISIS. Jibriel mengatakan, polisi harus lebih dulu meyakinkan mereka bahwa para petinggi ISIS Indonesia telah taubat. Saat ini ada satu petinggi ISIS Indonesia yang jadi panutan mereka, yaitu Aman Abdurrahman.
Jibriel mengaku pernah bertemu dengan Aman Abdurrahman di lapas Cipinang.
"Saya pernah dekat dengan dia (Aman). Kesehariannya lembut, bicaranya soft. Tapi dia mengerikan," kata Jibriel.