Penghuni Asrama Papua di Surabaya Tak Berani Keluar: Gerbang Ditendang

16 Agustus 2019 23:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah petugas kepolisan berjaga di depan Asrama Mahasiswa Papua (AMP) di Surabaya. Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah petugas kepolisan berjaga di depan Asrama Mahasiswa Papua (AMP) di Surabaya. Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan
ADVERTISEMENT
Sejumlah orang mengepung Asrama Mahasiswa Papua (AMP) pada Jumat (16/8) siang. Massa mendatangi AMP lantaran tiang bendera yang terpasang di depan asrama rusak. Diduga tiang bendera itu dirusak oleh oknum mahasiswa.
ADVERTISEMENT
Dorlince Iyowawu, penghuni asrama, sempat melihat ada bendera terpasang di depan tempat tinggalnya pada Jumat siang. Bendera itu baru terlihat rusak saat dia kembali membeli makan siang.
“Sebenarnya kalau pengrusakan bendera itu tidak, karena tadi pagi sampai tadi siang itu masih terpasang. Jadi ketika beberapa asrama ini, saya sendiri juga keluar dari asrama saat itu pergi beli makan setelah kembali memang benderanya tidak ada,” terang Dorlince saat dihubungi, Jumat (16/8).
Tak lama setelah melihat bendera itu rusak, Dorlince dikagetkan dengan kedatangan sejumlah orang di asramanya. Massa yang datang langsung mengamuk.
“Sementara kami tidak tahu menahu. Pukul 15.20 WIB kami beberapa orang lagi duduk di depan asrama kaget tiba-tiba pintu langsung ditendang tendang oleh tentara,” terangnya.
ADVERTISEMENT
“Kalau soal itu tidak tahu. Karena kami dari luar, masuk, ada beberapa kawan juga masuk kami tidak tahu apa-apa itu kaget tiba-tiba kok benderanya gini-gini,” imbuhnya.
Sejumlah petugas kepolisan berjaga di depan Asrama Mahasiswa Papua (AMP) di Surabaya. Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan
Kini asrama tersebut gelap gulita. Menurut Dorlince, hal itu dilakukan agar tidak mengundang massa untuk bertindak lebih rusuh. Ada 15 orang berada terkurung dari kepungan massa yang enggan beranjak di Jalan Kalasan. Mereka enggan keluar lantaran tengah menunggu pendampingan kuasa hukum.
“Kami tadi semakin direpresi. Bahkan ketika kami lalu lalang langsung diteriaki, dilempari kemudian mereka berusaha untuk menyerobot masuk. Jadi kami di belakang sengaja kami matikan aliran listriknya. Jadi semakin kami mendekat ke depan mereka semakin mengamuk,” ungkapnya.
Dorlince menuturkan, pihaknya bersedia melakukan negosiasi usai mendapat pendampingan. “Kalau ada yang memfasilitasi kami untuk negosiasi kami siap untuk memberikan klarifikasi,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Kapolrestabes Kota Surabaya Kombes Pol Sandi Nugroho tengah mengumpulkan saksi dan alat bukti perkara itu. Ia mengimbau kepada massa agar tidak terpancing emosi dan tidak menabrak aturan hukum.
“Pada waktu kita sedang memetakan ormas tersebut ada merasa bahwa bendera yang kita hormati berada ke selokan. Oleh karena itu kita mengimbau massa tadi untuk kita mencintai bendera sebagai lambang negara tetapi juga tidak langgar hukum,” ucap Sandi.
Sandi menyebut, bakal mengamankan lokasi kejadian hingga peringatan kemerdekaan 17 Agustus digelar. Sedangkan, permintaan massa untuk pengosongan asrama tak dihiraukan. Hal itu dinilai melanggar hukum.
“Kita amankan, karena kita tidak mau spekulasi di mana ada kegiatan lagi yang tidak kita duga yang jelas di malam 17 Agustus kita jaga sampai besok,” tandasnya.
ADVERTISEMENT
“Kita tidak boleh menegakkan hukum dengan melanggar hukum. Kita tetap menegakkan aturan yang berlaku sesuai dengan undang-undang dengan memperhatikan situasi dan kondisi,” tambahnya.
Kini sejumlah massa sudah mulai membubarkan diri dan jalan sudah dibuka oleh polisi. Namun, sejumlah aparat tetap berjaga di lokasi.