Pengungsi Afghanistan Dipenjara karena Membunuh Pacarnya di Jerman

4 September 2018 11:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ilustrasi Pembunuhan. (Foto: Muhammad Faisal Nu'man/kumparan)
Pengadilan remaja Jerman di kota Landau memberikan hukuman selama 8.5 tahun penjara kepada Abdul D., seorang pengungsi asal Afghanistan karena membunuh mantan pacarnya yang berkebangsaan Jerman.
ADVERTISEMENT
Abdul didakwa karena telah menusuk Mia V. (15) sebanyak tujuh kali sampai mati pada tanggal 27 Desember, 2017 dengan pisau dapur di depan sebuah toko obat di Kandel, sebuah kota kecil di Jerman dekat dengan perbatasan Prancis. Di pengadilan Abdul mengakui kesalahannya.
Abdul dan Mia bertemu di sekolah dan berpacaran selama beberapa bulan sampai akhirnya Mia memutuskan hubungan dengan Abdul. Jaksa yang menuntut percaya bahwa kejahatan tersebut terjadi karena digerakkan oleh rasa cemburu dan dendam.
Dua belas hari sebelum tewas, Mia dan orang tuanya melaporkan ke polisi tindakan pelecehan dan ancaman yang dilakukan oleh Abdul terhadap Mia.
Abdul mengaku berumur 15 tahun pada saat kejahatan tersebut terjadi. Karena umurnya yang masih remaja ia hanya bisa dihukum maksimum 10 tahun penjara. Namun menurut pemeriksaan ahli medis, Abdul setidaknya berumur antara 17 sampai 20 tahun.
ADVERTISEMENT
Abdul sampai di Jerman pada bulan April 2016 tanpa keluarga. Permintaan suakanya ditolak pada Februari 2017. Namun ia tidak dideportasi dan malah tinggal di Jerman secara illegal. Ia tinggal di kota Neustadt dan pergi bersekolah di Kandel.
Kejahatan yang terjadi di Kandel tidak banyak diliput oleh media. Hal tersebut menyebabkan banyaknya protes yang dilakukan terhadap kebijakan imigrasi liberal Kanselir Angela Merkel yang dianggap berbahaya.
Minggu yang lalu, demonstrasi besar-besaran terjadi di kota Chemnitz. Para demonstran yang berasal dari kelompok sayap kanan menyuarakan seruan anti-imigran setelah seorang Jerman berumur 35 tahun mati ditusuk oleh imigran yang berasal dari Irak dan Suriah. Demonstrasi balasanpun dilakukan oleh kelompok sayap kiri.
Pada hari Minggu (2/9), Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas mendesak warga Jerman untuk berdiri dan melawan rasisme dan diskriminasi yang semakin berkembang di Jerman.
ADVERTISEMENT