Penjelasan Banser soal Yaa Lal Wathan di Makkah: Murni Spontanitas

27 Februari 2018 21:46 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jemaah Umrah di Arab Saudi (Foto: Flickr/FFaruq)
zoom-in-whitePerbesar
Jemaah Umrah di Arab Saudi (Foto: Flickr/FFaruq)
ADVERTISEMENT
Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Quomas (Gus Yaqut) memberikan penjelasan terkait sejumlah Banser NU yang menjadi jemaah umrah melantunkan mars 'Yaa Lal Wathan' saat melakukan ibadah sa'i di Masjidil Haram beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Gus Yaqut menjelaskan bahwa lantunan mars 'Yaa Lal Wathan' merupakan spontanitas yang muncul dari anggota Banser NU saat berjalan bersama-sama.
"Jadi, syair Yaa Lal Wathan yang dikumandangkan Banser di Mas’a (tempat sa’i) itu adalah murni spontanitas. Spontanitas yang muncul dari kebiasaan yang selama ini terus dilakukan oleh sahabat-sahabat Banser di Tanah Air," kata Gus Yaqut saat dihubungi kumparan (kumparan.com), Selasa (27/2).
Gus Yaqut menerangkan bahwa lantunan mars 'Yaa Lal Wathan' sebagai rasa cinta tanah air para Banser yang prihatin dengan situasi Indonesia. "Mereka perhatian atas situasi yang terus dirasakan mengancam persatuan bangsa. Ketika sa’i itu, ada ruang kosong sekitar 20 meter menjelang bukit marwa. Di situlah spontanitas muncul. Sekali lagi, karena semata-semata kecintaan kepada Tanah Air. Jadi sama sekali tidak ada muatan politis," jelas Gus Yaqut.
ADVERTISEMENT
Namun, Gus Yaqut tidak menduga bahwa aksi spontanitas Banser NU saat ibadah sa'i mendapat respons negatif dari Pemerintah Arab Saudi.
"Nah, jika apa yang muncul dari spontanitas itu dianggap mengganggu hubungan diplomatik Indonesia dan Arab Saudi tentu kami tidak pernah menduga akan sampai segitu," lanjutnya.
Gus Yaqut menjelaskan, pada saat Banser NU melantunkan mars 'Yaa Lal Wathan' para askar (petugas keamanan) justru menyaksikannya dengan senyum bahkan sempat ada yang mengambil foto.
"Beberapa askar di sana senyum-senyum dan mengambil foto rombongan. Dan saat itu, tidak ada teguran dari mereka," terangnya.
Tetapi, kataa Gus Yaqut, jika hal tersebut mengganggu hubungan diplomatik kedua negara, tentu pihaknya meminta maaf.
"Ada spirit kebangsaan dan spirit membawa Islam ramah dan rahmah sebagaimana yang dipraktikkan oleh muslim di Indonesia ke seluruh belahan dunia, termasuk di Saudi," tutupnya.
ADVERTISEMENT