Penjelasan Lengkap BMKG Soal Tsunami Anyer

23 Desember 2018 6:36 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati. (Foto: Maulana Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati. (Foto: Maulana Ramadhan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Setelah terjadi simpang siur informasi mengenai peristiwa alam yang terjadi di Pantai Anyer, Banten dan Lampung. BMKG akhirnya memastikan bahwa gelombang tinggi air laut yang mencapai ke daratan itu adalah tsunami.
ADVERTISEMENT
Berikut adalah penjelasan lengkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati saat konferensi pers di Kantor BMKG, Jakarta, Minggu (23/12) dini hari:
BMKG berupaya untuk mengumpulkan seluruh informasi dan menganalisis karena ada beberapa hal yang terjadi dalam waktu hampir bersamaan. Jadi rentang waktu mulai tanggal 21-22 Desember. Jadi pada tanggal 21 Desember Badan Geologi mengumumkan terjadi erupsi Gunung Anak Krakatau dan level meningkat pada level waspada.
Kemudian juga BMKG mulai kemarin pukul 07.00 WIB memberikan peringatan dini karena kami menganalisis dan mendeteksi ada potensi gelombang tinggi di perairan Selat Sunda, diperkirakan mulai kemarin 21-25 Desember. Ini dua peristiwa berbeda tapi terjadi di waktu yang sama dan lokasi yang sama-sama di perairan Selat sunda. pertama adalah erupsi Gunung Anak Krakatau dan kedua potensi gelombang tinggi.  
Kondisi pesisir Pantai Anyer, Banten. (Foto: Dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi pesisir Pantai Anyer, Banten. (Foto: Dok. Istimewa)
Tanggal 22 Desember pukul 09.00 - 11.00 WIB tim BMKG ada di perairan Selat Sunda melakukan uji coba instrumen di situ terverifikasi terjadi hujan lebat dengan gelombang dan angin kencang oleh karena itu tim kami kembali ke darat dan akhirnya masih tanggal 22 Desember pukul 21.03 WIB Badan Geologi mengumumkan terjadi lagi erupsi Anak Gunung Krakatau. Kemudian 21.27 WIB, Tidegauge Badan Informasi Geospasial yang terekam BMKG menunjukkan ada tiba-tiba kenaikan muka air pantai. Ada kenaikan air.
ADVERTISEMENT
Kami analisis, kami memerlukan waktu apakah kenaikan air air pasang akibat fenomena atmosfer yang ada gelombang tinggi yang ada bulan purnama.
Namun, ternyata setelah analisis lanjut, gelombang itu merupakan gelombamg tsunami.
Jadi tipe polanya mirip dengan tsunami yang terjadi di Palu, Sulawesi Utara, sehingga kami koordinasi segera dengan Badan Geologi dan kami sepakat bahwa diduga, kenapa ini diduga karena datanya belum cukup waktu saat ini kami belum bisa cek ke lapangan masih gelap, tadi kita coba pakai alat tapi tidak terlihat namun ada indikasi yang terjadi memang pada hari yang sama ada gelombang tinggi, purnama, dan erupsi Anak Gunung Krakatau yang diduga menyebabkan tsunami.
Jadi tsunami yang terjadi bukan karena seperti yang disampaikan BMKG gempa. Tadi sudah dicek tidak ada gejala tektonik yang menyebabkan tsunami sehingga setelah kami koordinasi bahwa diduga akibat erupsi tersebut kemungkinan bisa langsug atau tidak langsung memicu terjadinya tsunami.  
ADVERTISEMENT
Kami masih perlu mengecek pada saat sudah terang, kami mencurigai longsor karena pola grafik tsunami periodenya pendek-pendek dan mirip seperti Palu karena longsor. Besok pagi kami berupaya mengumpulkan data lagi apakah benar itu karena longsor tebing. 
Tsunami cukup jauh sampai Bandar Lampung, Cilegon, Serang, Banten dan artinya energinya cukup tinggi. Sehingga yang paling penting bagi masyarakat tenang namun jangan berada di pantai Selat Sunda, baik di wilayah Lampung, Banten, Serang, itu jangan kembali dulu. Karena pemicunya ini masih diduga.