Perempuan Teroris di Tengah Janji Palsu Baghdadi

14 Mei 2018 11:47 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi teroris perempuan (Foto: AFP/Aamir QURESHI)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi teroris perempuan (Foto: AFP/Aamir QURESHI)
ADVERTISEMENT
Sama seperti yang lain, Zaenab terkejut mendengar kabar bom di tiga gereja di Surabaya.
ADVERTISEMENT
Pada serangan yang menewaskan 13 orang itu, satu keluarga yang terdiri dari suami-istri dan empat anaknya didakwa menjadi pelaku. Menurut Kapolri Tito Karnavian, mereka adalah anggota Jamaah Anshorut Daulah yang baru beberapa waktu ini kembali ke Indonesia dari Suriah.
Pada skenario Tuhan lain, sangat mungkin Zaenab dan keluarganyalah yang menjadi pelaku teror macam yang terjadi di Surabaya. Bagaimana pun, Zaenab dan keluarganya pernah menghabiskan waktu yang lama di Suriah dan dipapar langsung propaganda ISIS untuk membantai kaum infidel.
Untungnya, Zaenab melalui alur nasib yang berbeda. Ketika Puji Kuswati menggendong kedua anak perempuannya yang sudah dililit bom memasuki Gereja Kristen Indonesia (GKI) di Jalan Diponegoro, Surabaya, Zaenab sudah paham bahwa yang dibawa rezim khilafah Abu Bakar al Baghdadi hanyalah janji-janji palsu. Dusta itu, lebih lagi, berdampak besar buat mereka yang perempuan.
Ilustrasi teroris perempuan. (Foto: AFP PHOTO)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi teroris perempuan. (Foto: AFP PHOTO)
Ke jalan Allah. Begitulah Zaenab diundang. Selain berkesempatan hidup di kekhalifahan satu-satunya di bumi, janji jaminan kesehatan, sekolah gratis, dan terlunasinya utang-utang membuatnya tergerak. Sayang, yang ditemuinya hanyalah pepesan kosong.
ADVERTISEMENT
“Nggak pernah kami sekolah. Pengajian juga nggak ada, awal-awal doang,” ujar Zaenab, bukan nama sebenarnya, kepada kumparan, Minggu (13/5). Zaenab dan beberapa keluarganya masuk ke teritori ISIS sekitar tiga tahun lalu. Mereka baru bisa keluar dari cengkeraman ISIS bersama rombongan lain satu tahun kemudian.
Di kekuasaan ISIS, Zaenab menemui jihad yang digembar-gemborkan bagi perempuan hanyalah janji palsu untuk menutupi berahi. Jihadnya perempuan, bagi ISIS, adalah kawin, kawin, dan mawin. “Wanita itu jihadmu hanya menikah, punya anak, jadi punya keturunan fighter-fighter lagi.”
Menurut pengakuan Zaenab, hal tersebut menjadi sesuatu yang lumrah diterima di daerah pendudukan ISIS. Logikanya, semakin banyak perkawinan, semakin banyak anak lahir yang di masa depan akan jadi penerus pejuang ISIS. Bahkan, pemerintah ISIS menjanjikan hadiah kepada laki-laki yang mau mengawini perempuan, barang siapa pun itu
ADVERTISEMENT
“Jadi nggak cuma pihak laki-lakinya, pihak wanitanya juga ngejar untuk mencarikan istri buat suaminya,” akunya.
Keluarga 'Bomber' gereja di Surabaya. (Foto: Putri Sarah Arifira/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Keluarga 'Bomber' gereja di Surabaya. (Foto: Putri Sarah Arifira/kumparan)
Namun demikian, bukan berarti tanda-tanda perempuan ISIS terlibat dalam aksi kekerasan sama sekali tak ada. Di Suriah, Zaenab melihat sendiri bagaimana perempuan berperan besar dalam lingkaran setan jihad salah kaprah kelompok ISIS.
“Kalau kita lihat-lihat, fungsi wanita itu sebagai kayak guru. Guru dalam rumah tangga untuk mengajari anak-anaknya mencetak generasi fighter selanjutnya,” jelas Zaenab.
Zaenab lantas mengisahkan bagaimana ia secara tidak sengaja pernah menemui perempuan yang tergabung dalam militer ISIS. Perempuan itu bercerita, ia punya tugas melatih perempuan-perempuan ISIS di Suriah cara menembak dan membunuh agar siap ketika waktu ‘jihad’ itu tiba.
Tujuan dilatih tempurnya perempuan-perempuan itu ia ketahui kemudian hari. Saat berada di perkemahan bersama perempuan ISIS dari negara-negara lain, Zaenab melihat bagaimana perempuan-perempuan ISIS merasa tak cukup dengan peran di balik layar. Menurut Zaenab, mereka menganggap diri sebagai pengganti kepala keluarga yang siap melakukan apapun peran laki-lakinya.
ADVERTISEMENT
“Mereka mau unjuk gigi bahwa wanita itu juga bisa beramal jihad di jalan Allah,” ujar Zaenab. Ia juga mengamati faktor lain yang mungkin mendorong perempuan-perempuan ISIS ganti mengambil peran lebih aktif. “Si wanita ini tergerak emosionalnya, kok laki-laki nggak ada yang bertindak, pada KO mereka?”
Ledakan bom di Gereja Surabaya (Foto: Antara/HO/HUMAS PEMKOT)
zoom-in-whitePerbesar
Ledakan bom di Gereja Surabaya (Foto: Antara/HO/HUMAS PEMKOT)
Kesaksian Zaenab tersebut senada dengan analisa Sofyan Tsauri, mantan narapidana terorisme yang dulu tergabung dengan Al Qaeda. Menurutnya, selain terjadi pergeseran taktik operasi dari Al Qaeda yang tak pernah menggunakan perempuan di aksinya ke ISIS yang tak ragu-ragu, aktifnya perempuan di aksi teror ini punya tujuan terselubung.
“Sekarang di kalangan ISIS sering pakai perempuan karena semangatnya tuh lebih tinggi dari laki-lakinya. Kenapa? Dia ingin memberikan pesan, agar laki-lakinya malu tidak beramaliah,” ujar Tsauri.
ADVERTISEMENT
Tujuannya jelas, “‘Perempuan berani, kenapa mereka enggak berani?’ pesannya di situ.”
Aksi Teroris Perempuan (Foto: Faisal Nu'man/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Aksi Teroris Perempuan (Foto: Faisal Nu'man/kumparan)
------------------------
Ikuti isu-isu mendalam di Liputan Khusus kumparan.
Ikuti pula perkembangan cepat Aksi Teroris Surabaya di Breaking News kumparan.