Peringatan Tsunami Aceh Digelar di Masjid yang Utuh Dihantam Gelombang

13 Desember 2018 12:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tsunami hebat terjadi di Aceh tahun 2004. (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Tsunami hebat terjadi di Aceh tahun 2004. (Foto: Wikimedia Commons)
ADVERTISEMENT
Serangkaian kegiatan peringatan 14 tahun tsunami Aceh bakal dipusatkan di halaman Masjid Tgk Chik Mahraja Gurah, Kecamatan Peukan Bada, Aceh Besar, pada 26 Desember 2018. Masjid ini merupakan salah satu bangunan yang masih kokoh saat dihantam gelombang tsunami 2004.
ADVERTISEMENT
Masjid Tgk Chik Mahraja Gurah yang berada di Desa Lam Geu Eu ini dipilih agar masyarakat lebih mengenang betapa dahsyatnya bencana alam tersebut. Kawasan Peukan Bada juga merupakan salah satu daerah terdampak tsunami paling terparah, hampir seluruh bangunan tersapu gelombang.
Selain bangunan masjid yang masih berdiri kokoh, di kawasan ini juga bisa ditemukan bukti sejarah lainnya yaitu kubah masjid seberat 80 ton yang terseret air sejauh 3 kilometer. Kubah ini menjadi salah satu sisa tsunami yang paling terkenal dan menjadi lokasi objek wisata.
Plt Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh, Amiruddin mengatakan, pemilihan Kecamatan Peukan Bada sebagai lokasi utama penyelenggaraan peringatan 14 tahun tsunami atas dasar kejadian masa lalu. Termasuk karena kawasan ini mengalami dampak serius akibat gempa dan tsunami yang meluluhlantakkan seluruh bangunan. Diperkirakan sekitar 12 ribu nyawa masyarakat setempat ikut menjadi korban.
ADVERTISEMENT
“Peukan Bada menjadi salah satu kawasan terparah ketika tsunami dulu. Makanya pemerintah kali ini mengadakan perayaannya di sini,” kata Amiruddin," Kamis (12/13) dalam keterangannya.
Kubah masjid yang terdampar akibat tsunami (Foto: ANTARA FOTO/Ampelsa)
zoom-in-whitePerbesar
Kubah masjid yang terdampar akibat tsunami (Foto: ANTARA FOTO/Ampelsa)
Peringatan tsunami kali ini mengangkat tema “Bangun Bersama, Siaga Utama”. Serangkaian acara yang akan digelar nantinya melibatkan masyarakat, komunitas, dan korban tsunami. Namun yang menjadi agenda utama adalah zikir dan doa bersama serta tausiyah yang diisi oleh dai kondang Ustaz Abdul Somad.
“Peringatan tsunami ke 14 ini tidak digelar meriah seperti peringatan 1 dekade Tsunami Aceh 2014 lalu. Kami menggelar secara sederhana dengan zikir dan doa bersama. Namun tidak berarti memperkecil makna dan filosofi peringatan itu sendiri,” imbuh Amir.
Sementara itu, Kepala Bidang Pemasaran Disbudpar Aceh Rahmadhani menyebutkan, pada peringatan tsunami 26 Desember mendatang memiliki 4 tujuan utama yang ingin dicapai yaitu refleksi, apresiasi, mitigasi, dan promosi.
Kondisi masjid setelah gempa dan tsunami yang melanda propinsi Aceh pada 26 Desember 2004 di Meulaboh, Aceh Barat, (1/1/2005). (Foto: AFP PHOTO / Joel Saget)
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi masjid setelah gempa dan tsunami yang melanda propinsi Aceh pada 26 Desember 2004 di Meulaboh, Aceh Barat, (1/1/2005). (Foto: AFP PHOTO / Joel Saget)
Momen ini juga untuk mengenang dan berterima kasih kepada masyarakat nasional dan internasional atas segala dukungan dan solidaritas sosial dalam mendukung pembangunan kembali Aceh.
ADVERTISEMENT
“Mitigasi Aceh berada di daerah rawan bencana “ring of fire” khususnya gempa dan tsunami. Masyarakat Aceh harus bersahabat dengan bencana dan selalu membangun budaya siaga bencana dalam upaya mengantisipasi bencana-bencana yang mungkin terjadi di masa depan, sekaligus berbagi pengalaman kebencanaan dengan masyarakat dunia,” tuturnya.
Kemudian promosi wisata tsunami “Memory Tourism” menjadi sebagai media efektif dalam memperlihatkan kepada masyarakat luar (wisatawan) tentang kekuatan, ketahanan, dan ketabahan masyarakat selama tsunami. Melalui pariwisata ini, menjadi media berbagi pengalaman bencana dengan wisatawan serta diharapkan menjadi pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat.