Peristiwa Penting Sebelum dan Sesudah Rusuh di Rutan Mako Brimob

9 Mei 2018 11:19 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Densus 88 Antiteror (Foto: ANTARA FOTO/Idhad Zakaria)
zoom-in-whitePerbesar
Densus 88 Antiteror (Foto: ANTARA FOTO/Idhad Zakaria)
ADVERTISEMENT
Teror terhadap pihak kepolisian terjadi berturut-turut dalam waktu berdekatan. Dari mulai penangkapan tersangka teroris oleh Densus 88 di Ciawi, kerusuhan di Mako Brimob, hingga ribut-ribut di Rutan Polda Metro Jaya.
ADVERTISEMENT
Pertanyaan kemudian muncul, apakah rangkaian teror ini direncanakan? Belum ada pihak berwajib yang bisa dikonfirmasi.
Namun, ada baiknya kita mengetahui peristiwa-peristiwa penting yang terjadi sebelum dan sesudah kerusuhan di Rutan Mako Brimob pecah pada Selasa (8/5) sekitar pukul 21.00 WIB.
Sidang Aman Abdurrahman
Sebagai pemimpin JAD, Aman Abdurrahman begitu disegani. Kini, sepekan sekali, ia harus menjalani sidang kasus Bom Thamrin.
Dalam sidang terakhir yang dihelat 27 April 2018, Aman mengungkap beberapa fakta tentang keterkaitananya dengan ISIS.
"Jika ada satu kelompok yang mampu menegakkannya (hukum Islam). Sudah ada khalifah itu, maka wajib atas kaum muslimin untuk membaiatnya. Sedangkan yang tidak berbaiat kepada para imam, nanti jahiliyah," ucap Aman di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Jumat (27/4).
Sidang Aman Abdurrahman di PN Jaksel (Foto: Raga Imam/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sidang Aman Abdurrahman di PN Jaksel (Foto: Raga Imam/kumparan)
Hakim Akhmad Jaini sempat bertanya kepada Aman, apakah yang belum berbaiat ke pemimpin tertinggi ISIS itu bisa dikategorikan sebagai kafir. Aman lalu menjawab, bagi orang Islam yang tidak berbaiat ke ISIS tetaplah muslim, bukan seorang kafir.
ADVERTISEMENT
"Bagi yang belum berbaiat itu, dianggap mati kafir?" tanya Hakim.
"Bukan, (tetapi) berdosa. Kata jahiliyah itu tidak semuanya kafir. Kalau tidak berbaiat kepada khalifah, itu bukan kekafiran. Orang yang tidak baiat khalifah, dia musllim selagi tidak melakukan kekafiran," jawab Aman.
Dalam sidang sebelumnya, dalam sidang keterangan saksi terungkap bahwa Aman memang memerintahkan anggotanya untuk menyerang polisi.
"Aman Abdurrahma bilang polisi kafir, bahwa darah polisi halal," kata Saksi Kurnia Widodo, Senin (3/4).
Penangkapan Teroris di Ciawi
Tim Densus 88 menangkap tiga orang terduga teroris di kawasan Puncak, Bogor. Ketiganya merencakan menyerang tiga markas polisi di Bogor saat bulan Ramadhan nanti.
"Mereka mau melakukan aksi teror di Mako Brimob Kedunghalang, kemudian menyerang Pos Polisi Gadog dengan golok. Serta hendak melakukan bom bunuh diri dengan sasaran Polres Bogor," kata Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto dalam keterangan tertulisnya, Senin (7/5).
Ilustrasi Densus 88 (Foto: Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Densus 88 (Foto: Reuters)
Penangkapan tersebut dilakukan pada Jumat (4/5) lalu di Jalan Veteran III Gang Casa Adelina No.51, RT 05 RW 02 Kampung Caringin, Kelurahan Banjarsari, Kecamatan Ciawi, Bogor. Ketiganya adalah Anang Rachman alias Abu Arumi (51), Abid Faqihuddin (17), dan M. Mulyadi (61).
ADVERTISEMENT
Ketiganya tengah merakit bom dengan daya ledak tinggi (high explosive) yaitu bom TATP (Triaceton triperoxide). Dari ketiga pelaku, polisi menyita sejumlah alat dan bahan untuk merakit bom. Di antaranya cairan Aseton dan hidrogen peroksida (H2O2), air raksa, lampu LED, botol plastik, sejumlah kabel, sebuah solder, satu set obeng, sebuah panci, dan satu unit tablet Android.
Ketiga tersangka kemudian juga dibawa ke Rutan Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat.
Rusuh Napi Terorisme di Mako Brimob
Penjagaan ketat di depan Mako Brimob (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Penjagaan ketat di depan Mako Brimob (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
Kerusuhan pecah di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Selasa (8/5) malam. Kerusuhan dipicu napi terorisme yang awalnya meminta makanan dan dipertemukan dengan pemimpin Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Aman Abdurrahman.
Dalam kejadian ini, diduga sempat terjadi penyanderaan yang dilakukan oleh napi terorisme terhadap anggota Densus 88. Bahkan ada informasi yang menyebut para napi merebut senjata anggota Densus.
ADVERTISEMENT
Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol M Iqbal mengatakan, ada empat polisi yang terluka akibat kerusuhan ini. Korban luka dilarikan ke RS Bhayangkara di lingkungan Mako Brimob.
Bis polisi memasuki mako Brimob (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bis polisi memasuki mako Brimob (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
Sementara itu, ambulans dan mobil INAFIS, biro identifikasi TKP di bawah Bareskrim Polri, juga sudah memasuki Mako Brimob. Ada indikasi kuat terdapat korban meninggal akibat peristiwa ini.
Kerusuhan yang terjadi di Rutan Mako Brimob kali ini bukanlah yang pertama. Keributan serupa pernah pecah di rutan teroris pada November 2017 silam. Saat itu kerusuhan bermula ketika anggota Densus 88 melakukan pemeriksaan di sel-sel napi dan menyita sejumlah telepon genggam di kamar A5 dan C5.
Insiden di Rutan Polda Metro Jaya
ADVERTISEMENT
Kerusuhan yang terjadi di Mako Brimob Depok dikabarkan memicu kerusuhan lain di Rutan Polda Metro Jaya. Tepatnya narapidana terorisme yang bereaksi atas kerusuhan di Mako Brimob.
Namun, kabar itu dibantah oleh Direktorat Tahanan dan Bukti (Dirtahti) Polda Metro Jaya AKBP Barnabas. "Hoaks itu, enggak ada kerusuhan, saya semalam pantau langsung," kata Barnabas di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Rabu (9/5).
Barnabas mengatakan memang sempat ada aksi yang memicu perhatian pada Selasa (8/5) sekitar pukul 21.00 WIB. Namun saat itu para narapidana teroris hanya berteriak takbir.
"Cuma teriak takbir saja. Itu di lantai empat rutan titipan Polda Metro narkoba," ucap Barnabas. "Ya sempat ada upaya provokasi tahanan titipan tapi sudah kita kendalikan," imbuhnya.
Gedung Polda Metro Jaya (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Gedung Polda Metro Jaya (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
Dari deretan tiga peristiwa ini, pengamat terorisme dari lembaga CIIA (The Community Of Ideological Islamic Analyst), Harits Abu Ulya, meminta kepolisian transparan dalam menginformasikan kronologi ke publik. Sebab, jika tidak maka akan timbul kepanikan bagi publik. Termasuk soal deretan insiden ini direncanakan atau tidak.
ADVERTISEMENT
"Biar publik tidak berspekulasi maka alangkah baiknya jika pihak kepolisian transparan membeberkan kronologi yang sebenar-benarnya," kata Harits saat dihubungi terpisah.
"Publik menunggu transparasi dan kejujuran aparat untuk jelaskan semua itu, dengan demikian bisa mereduksi spekulasi dan sangkaan publik mengenai adanya rekayasa atau skenario memancing para napiter untuk membuat kerusuhan demi sebuah kepentingan di balik itu semua," tutup Harits.