Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Perjuangan Fadil, Nyantri Sambil Bertani
8 September 2018 12:10 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kini Achmad Zainil Fadil patut berbahagia, keinginannya untuk memajukan pertanian di daerah asalnya, Barabai, Kalimantan Selatan, segera terealisasi. Dia siap untuk berwirausaha.
Pria yang akrab disapa Fadil ini merupakan salah satu santri dari Pondok Pesantren Nurul Muhibbin yang terpilih dalam Program Adaro Santri Sejahtera (PASS) oleh PT Adaro Energy, Tbk.
PASS bertujuan mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah Kalimantan melalui para santri. Program wirausaha yang ditawarkan oleh PASS pun beragam, mulai dari bisnis ternak ikan lele, sayuran hidroponik, pembuatan keripik hingga sasirangan.
Selain itu, PASS tak hanya membekali santri dengan modal usaha namun juga pelatihan dan pendampingan bersama para ahli secara berkala untuk mengasah skill wirausaha.
Fadil bercerita, dirinya memilih menjadi petani sayur pakcoy dengan media hidroponik karena lebih praktis dan ekonomis.
ADVERTISEMENT
"Supaya di kampung ini tidak hanya tahu bagaimana cara menanam tanaman dari media tanah namun juga bagaimana cara menanam zaman now seperti ini," Ujar Fadil saat ditemui kumparan pada Selasa (4/9).
Meski belum memiliki pengalaman di bidang pertanian, Fadil mengaku hal itu malah membuatnya lebih semangat dalam mempelajari tanaman hidroponik.
"Enggak tahu (soal hidroponik) jadinya penasaran dan mau ikutan. Selama pelatihan diajarkan oleh Ibu Yuri dan suami itu petani hidroponik," lanjutnya.
Kini, program hidroponik miliknya sudah berjalan selama dua tahun dan tiap bulannya Fadil berhasil meraup keuntungan sebesar Rp 500 ribu. Sebagian dari keuntungan tersebut disisihkan untuk memperbaiki motor yang rusak demi kelancaran pemasaran bisnisnya, dan sebagian lainnya ia gunakan untuk memutar modal.
ADVERTISEMENT
Saat ini, produk pakcoy hidroponik miliknya yang dinamai 'Bilkia' dan sudah mendapatkan pelanggan setia.
"Yang beli anak-anak majelis daerah sini," tutur Fadil.
Bukan tanpa tantangan, hama serta berbagi waktu antara bisnis dan belajar di pesantren jadi kendala Fadil.
"Kan di sini kami dituntut belajar agama, jadi kalau sawi ini sudah panen dan terbentur waktu pemasaran, kan sawi enggak bisa bertahan lama nah jadi itu kan bisa busuk," jelasnya.
Meski harus melewati berbagai hambatan, Fadil tetap semangat mempertahankan kebun pakcoy hidroponik itu.
"Tiap waktu kosong saya ke sini (kebun) melihat tanaman sawinya," tuturnya.
Selanjutnya, Fadil berambisi untuk meneruskan usaha pertanian hidroponik ini setelah lulus dari pesantren. Fadil berujar, dengan adanya PASS dirinya merasa terbantu. Kini lulusan santri tak hanya lihai dalam ilmu agama namun juga piawai berwirausaha.
ADVERTISEMENT
"Jadi kami santri ini tak hanya dibekali ilmu agama namun juga segi wirausaha dan sosial bisa lebih maju juga, jadi seimbang," ujar Fadil.