news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Persiapan Parpol Hadapi Pileg 2019 Dinilai Buruk

17 Juli 2018 9:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hari pertama pendaftaran Caleg DPR RI. (Foto:  Raga Imam/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Hari pertama pendaftaran Caleg DPR RI. (Foto: Raga Imam/kumparan)
ADVERTISEMENT
Hingga satu hari jelang batas akhir pendaftaran bakal calon anggota legislatif, kantor KPU RI hingga KPU kota/kabupaten masih tampak sepi. Di tingkat pusat, untuk pendaftaran calon anggota DPR RI, baru Partai NasDem yang mendaftar.
ADVERTISEMENT
Situasi yang tidak jauh berbeda terjadi di tingkat provinsi dan kota/kabupaten. Dari data yang disajikan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), belum ada KPU tingkat provinsi yang didatangi seluruh partai politik peserta Pemilu 2019 untuk mendaftarkan calon anggota legislatif. Bahkan, KPU Jawa Tengah belum ada satu pun partai yang mendaftar.
Pengamat pemilu dari Perludem, Titi Anggraeni, menilai ada beberapa faktor yang membuat persiapan partai politik jelang Pileg 2019 buruk. Mulai terlalu dekatnya pendaftaran pileg dan pilkada, belum mencukupinya kuota keterwakilan perempuan, problem internal partai, sampai berkurangnya animo untuk menjadi anggota legislatif.
Terkait jangka waktu pilkada dan pileg, Titi berpendapat, hal ini menjadi penghambat karena partai terlampau fokus dengan Pilkada 2018.
ADVERTISEMENT
"Partai politik kewalahan untuk mempersiapkan proses pencalonan (pileg) karena menghabiskan banyak energi dan juga waktu untuk kerja kerja pemenangan pilkada. Apalagi banyak pihak yang mengatakan Pilkada 2018 adalah pemanasan menuju Pemilu 2019 sehingga kekuatan dan mesin partai yang dioptimalisasi untuk pemenangan pilkada, membuat mereka sedikit kewalahan dan kekurangan konsentrasi untuk melakukan persiapan pencalonan Pemilu Legislatif 2019," kata Titi kepada kumparan, Selasa (17/7).
Titi Anggraeni, Direktur Perludem (Foto: Dwi Herlambang Ade Putra/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Titi Anggraeni, Direktur Perludem (Foto: Dwi Herlambang Ade Putra/kumparan)
Partai politik, dianggap Titi, masih kewalahan untuk memenuhi kouta keterwakilan perempuan sebanyak 30 persen. Sedangkan, saat ini ada kencederungan perempuan kader parpol tidak ingin menjadi calon anggota legislatif.
"Memang tidak mudah meyakinkan perempuan (yang terjun di dunia) politik atau kader politik partai untuk maju menjadi caleg, sebab sebagian besar dari mereka merasa tidak ingin maju di pemilu karena masih trauma atau masih belum siap untuk kembali berkompetisi akibat pengalaman kurang baik ikut pemilu sebelumnya. Walau juga kami temui di beberapa parpol memang mereka krisis kader perempuan," kata Titi yang juga Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem).
ADVERTISEMENT
Titi juga berpendapat, masalah internal partai politik juga belum tuntas terkait pencalonan kader untuk pileg. Dia menganggap, masalah itu berkutat dalam penempatan kader di dapil tertentu atau nomor urut.
"Masih ada kami temukan di beberapa partai tarik-menarik soal penempatan dapil dan juga nomor urut yang belum tuntas di internal partai. Ini yang membuat partai belum bisa memfinalisasi daftar calon yang akan mereka ajukan kepada penyelenggara pemilu," jelasnya.
Terakhir adalah penurunan minat kader parpol untuk menjadi anggota legislatif. Titi mengatakan, saat ini ada anggapan maju sebagai calon anggota legislatif butuh modal besar, sedangkan insentif dari partai kecil.
"Mereka tidak mendapatkan dukungan ataupun insentif dari parpol untuk pembiayaan kampanye itu. Selain insentif dana, mereka juga menganggap tidak memperoleh penguatan kapasitas ataupun bimbingan teknis yang diperlukan untuk kerja-kerja pemenangan ketika masa kampanye," ucap Titi.
ADVERTISEMENT