PKB: Suriah Kacau Karena Pakai Hashtag Ganti Presiden

28 Agustus 2018 18:18 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
Sekjen PKB Abdul Kadir Karding dan Sekjen Golkar Lodewijk Freidrich Paulus. (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sekjen PKB Abdul Kadir Karding dan Sekjen Golkar Lodewijk Freidrich Paulus. (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
ADVERTISEMENT
Sekjen PKB Abdul Kadir Karding turut angkat bicara mengenai gerakan #2019GantiPresiden yang kini tengah ramai diperbincangkan. Ia menyebut, hastag tersebut pernah dipakai di Suriah dan membuat negara itu kacau balau.
ADVERTISEMENT
Ia berharap agar massa #2019GantiPresiden tidak mengaplikasikannya di Indonesia dan mengganti hashtag tersebut dengan kalimat lain.
"Hashtag itu pernah dipakai di Suriah. Kenapa Suriah kacau, karena pakai hashtag ganti presiden itu dan ganti presiden itu maknanya macam-macam," ujar Karding di Posko Cemara, Jakarta Pusat, Selasa (28/8).
"Jadi saya kira memang bagus sudah kalau paslon di sebelah mengganti hashtag itu," lanjutnya.
Dengan kata lain, Karding menyatakan gerakan #2019GantiPresiden sebagai gerakan impor dari Suriah pada tahun 2011. Karding menjelaskan kekacauan di Suriah akibat akumulasi gerakan ganti presiden itu semakin meluas.
"Iya. Itu terjadi di Suriah tahun 2011. Dan kenapa Suriah kacau karena salah satu faktornya karena hastag ini dikapitalisasi. Kemudian kelompok yang ingin mendirikan khilafah mengkapitalisasi itu sehingga terjadi seperti Suriah hari ini," jelasnya.
Neno Warisman, Mardani Ali dan Ustaz Abu Jibril (Foto: Puti Cinintya Arie Safitri/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Neno Warisman, Mardani Ali dan Ustaz Abu Jibril (Foto: Puti Cinintya Arie Safitri/kumparan)
Ia menuturkan, tim kampanye nasional Jokowi-Ma'ruf tidak akan menggunakan cara yang sama yakni memakai hashtag tandingan. Sebab, mereka memiliki cara lain yang lebih strategis untuk memenangkan Jokowi-Ma'ruf.
ADVERTISEMENT
Ia juga meyakini gerakan #2019GantiPresiden tak akan menggerus suara Jokowi karena belum ada data dan survei yang menyatakan pengurangan suara Jokowi akibat hashtag itu.
"Belum ada survei atau data yang menyatakan itu menurunkan," pungkasnya.