Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Sikap oposisi tegas dipegang oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS ). Tak hanya di pemerintahan, partai yang meraih 8,21 persen suara dalam Pileg 2019 itu bahkan enggan merapat ke partai koalisi pengusung Jokowi-Ma’ruf untuk sekadar membicarakan paket pimpinan MPR.
ADVERTISEMENT
Presiden PKS Sohibul Iman memahami untuk pimpinan MPR diajukan dalam sistem paket. Namun PKS tidak bisa membentuk paket calon pimpinan MPR dengan koalisi Prabowo, harus buka opsi dengan koalisi Jokowi. Tapi opsi ini ditutup PKS.
“Aturannya memang DPR itu adalah urutan pemenang, di MPR memang paket. Tapi secara logika, kalau kami ingin ikut paket ya kami harus bersama pemerintah. Kalau kami tidak bersama pemerintah, kan berarti kami tidak punya paket. Ya sudahlah, kami enggak apa-apa,” kata Sohibul di Hotel Mercure Batavia, Jakarta Barat, Senin (5/8).
Soal mengajukan paket dari partai pengusung Prabowo-Sandi yaitu PAN dan Gerindra, Sohibul mengatakan pembicaraan itu tidak pernah terejadi. Apalagi kedua partai itu sudah menunjukan gelagat menyebrang ke pemerintah.
ADVERTISEMENT
“Sebenarnya di obrolan-obrolan lepas masih ketika kita 02 ya ada gitu. Tetapi kan begitu 02 dibubarkan dan kemudian teman-teman kan ikut merapat ke sana, ya berarti pembicaraannya ada di sana,” kata Sohibul.
Meski begitu, ia tidak bisa membohongi jika partainya ingin menjadi bagian dari pimpinan MPR. Namun ia harus realistis, PKS tidak bisa bergabung dengan partai-partai pendukung Jokowi.
“Tadi, kita realistis. Kalau mau sih mau. Tapi mau kalau enggak realistis buat apa kan?” kata Sohibul.