Polemik Jenderal Kardus di Tengah Rencana Pertemuan Prabowo - SBY

9 Agustus 2018 8:12 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Prabowo Subianto dan SBY usai melakukan pertemuan di Kertanegara, Jakarta, Senin (30/7). (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Prabowo Subianto dan SBY usai melakukan pertemuan di Kertanegara, Jakarta, Senin (30/7). (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menyeruak polemik jenderal kardus di tengah rencana pertemuan Ketum Gerindra Prabowo Subianto dan Ketum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Polemik ini sempat membuat tegang hubungan Gerindra dan Demokrat.
ADVERTISEMENT
Polemik jenderal kardus ini muncul karena Wasekjen Partai Demokrat Andi Arief membuat cuitan pedas di akun Twitter-nya, Rabu (8/8) malam. Dalam cuitan itu, Andi menuding Prabowo sebagai jenderal kardus. Pasalnya, Menurut Andi, Prabowo lebih menghargai uang daripada berjuang bersama Demokrat.
"Prabowo ternyata kardus, malam ini kami menolak kedatangannya ke kuningan. Bahkan keinginan dia menjelaskan lewat surat sudah tak perlu lagi. Prabowo lebih menghargai uang ketimbang perjuangan. Jenderal kardus," ungkap Andi dalam akun @AndiArief_.
Tudingan ini, Andi lontarkan karena kesal dengan sikap Prabowo yang diduga bermain politik transaksional tanpa sepengetahuan Demokrat. Hal ini diungkapkan Andi setelah rapat internal Demokrat di kediaman SBY di Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (9/8) dini hari.
ADVERTISEMENT
"Ada politik transaksional yang berada di dalam ketidaktahuan kami yang sangat mengejutkan. Padahal untuk menang bukan berdasarkan politik transaksional. Tapi dilihat siapa calon yang harus menang. Itu yang membuat saya menyebutnya jadi jenderal kardus,” kata Andi.
Wasekjen Demokrat Andi Arief di kediaman SBY, Mega Kuningan (Foto: Ricad Saka/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Wasekjen Demokrat Andi Arief di kediaman SBY, Mega Kuningan (Foto: Ricad Saka/kumparan)
Tudingan ini, Andi dasarkan pada sikap Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra Sandiaga Uno yang memberikan uang Rp 500 miliar kepada PAN dan PKS agar menerima Sandi sebagai cawapres Prabowo. Padahal dalam komposisi koalisi Demokrat, Gerindra, PKS, dan PAN masing-masing mengajukan nama cawapres.
"Benar, saya dengar dan bisa dicek dalam karier politik saya bahwa saya tidak pernah bohong dan data saya selalu akurat. Tapi kita nunggu perkembangan besok karena Pak Prabowo akan hadir," terangnya.
Pertemuan SBY dengan Prabowo di kediaman SBY di Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (24/7). (Foto: Dok. Abror Rizki/Demokrat)
zoom-in-whitePerbesar
Pertemuan SBY dengan Prabowo di kediaman SBY di Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (24/7). (Foto: Dok. Abror Rizki/Demokrat)
Meski sempat menuding Prabowo adalah jenderal kardus, Andi menghormati niat Prabowo yang akan menemui SBY pada Kamis (9/8) pagi ini. Sejatinya, Prabowo - SBY akan bertemu pada Rabu (8/8) malam, namun batal karena ada perubahan skenario politik dari Gerindra.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Andi mengatakan, Demokrat tetap ingin menjadikan mantan Danjen Kopasus itu sebagai presiden. "Sampai saat ini kami masih bersama Pak Prabowo,” tegas Arief.
Pihak internal Demokrat menganggap tudingan Andi itu sebagai pernyataan emosional kader partai terhadap kondisi politik saat ini. Sehingga tak perlu dipermasalahkan, karena bukan merupakan sikap resmi dari Demokrat.
“Enggak itu mungkin pernyataan emosional semata, tidak perlu dipermasalahkan ya, ya kita maklumin. Anak muda kadang-kadang emosional,” ujar Kadiv Advokasi dan Hukum DPP Demokrat Ferdinand Hatuhean usai rapat internal di kediaman SBY di Kuningan, Kamis (9/8) dini hari.
Politisi Gerindra, Ahmad Muzani. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Politisi Gerindra, Ahmad Muzani. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
Polemik jenderal kardus ini dipicu oleh surat yang dibuat Prabowo kepada SBY, Rabu malam. Surat tersebut berisi tentang pesan kebersamaan Gerindra, PAN, dan PKS yang selama ini telah terbangun, serta hasil rekomendasi cawapres Prabowo dari Ijtima Ulama.
ADVERTISEMENT
"Ada pemahaman yang lompat dalam proses ini sehingga terjadi distorsi informasi," ujar Sekjen Gerindra Ahmad Muzani di kediaman Prabowo di Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (8/8) malam.
Muzani mengatakan, surat tersebut hanya sebatas hasil diskusi tentang apa yang akan menjadi pertimbangan dan pemikiran Prabowo dalam mengambil keputusan soal cawapres.
Pemikiran Prabowo tersebut karena SBY telah menyerahkan sepenuhnya kepada Prabowo dalam memilih cawapres. Namun dalam surat tersebut, Muzani menegaskan, Prabowo belum mengambil keputusan apapun.
Keputusan terkait cawapres baru akan diputuskan pada pertemuan Prabowo dan SBY, pagi ini di kediaman SBY, Kuningan, Jakarta Selatan. Dalam pertemuan itu, Prabowo akan menjelaskan isi suratnya kepada SBY.
"Ini yang akan didiskusikan antara Pak Prabowo dan SBY supaya kelanjutan koalisi ini berhasil, karena insyaallah besok (Kamis) malam kita tunggu wapres Pak Prabowo akan segera kita deklarasikan untuk kita umumkan," terang Muzani.
ADVERTISEMENT