LIPSUS GAME OF THRONES, Presiden Joko Widodo, IMF, World Bank Group 2018

Puisi Guru Besar UGM ke Jokowi: Mengapa Cepat Menyerah dengan Buaya?

16 September 2019 11:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Jokowi menyampaikan pidato sambutan pada Pertemuan Tahunan IMF-World Bank 2018 di Nusa Dua, Bali. Foto: ANTARA FOTO/ICom/AM IMF-WBG/Puspa Perwitasari
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Jokowi menyampaikan pidato sambutan pada Pertemuan Tahunan IMF-World Bank 2018 di Nusa Dua, Bali. Foto: ANTARA FOTO/ICom/AM IMF-WBG/Puspa Perwitasari
ADVERTISEMENT
Terus bergulirnya pembahasan revisi UU Nomor 30 Tahun 2002 tentang KPK mendapat tentangan dari berbagai pihak, termasuk para akademisi Universitas Gadjah Mada (UGM). Sebab poin-poin dalam revisi itu dinilai melemahkan KPK.
ADVERTISEMENT
Para akademisi UGM pun menyampaikan bentuk protes dalam aksi di Balairung UGM pada Minggu (15/9).
Dalam aksi yang turut dihadiri para mahasiswa itu, beberapa dosen bergantian menyampaikan orasi. Tetapi ada pula yang menyampaikan bentuk protesnya dalam bentuk puisi, dosen itu ialah Guru Besar Fisipol UGM, Prof Wahyudi Kumorotomo.
Puisi itu secara eksplisit mengkritik Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mendukung rencana revisi UU KPK. Wahyudi mengingatkan Jokowi yang merupakan alumni UGM tahun 1980 untuk tidak tunduk terhadap tekanan politik yang menginginkan revisi UU KPK.
Kampus UGM di Yogyakarta. Foto: Dwita Komala Santi
Berikut isi puisi yang berjudul Mas Joko, Kami Mengandalkanmu:
Hari-hari ini, kami di Bulaksumur bersedih
Hari-hari ini, kami di bawah cemara tujuh berduka
ADVERTISEMENT
Kami adalah adik-adik kelasmu
Kami adalah teman-teman kuliahmu
Kami adalah saudara-saudaramu
Kami adalah rakyat Nusantara di bawah panji Gadjah Mada
Kami baru saja memilihmu sebagai pengayom rakyat di Nusantara
Kami baru saja mengangkatmu menjadi manusia setengah dewa
Mengapa begitu cepat engkau meninggalkan kami?
Mengapa begitu cepat engkau berkawan dengan para raksasa politik?
Mengapa begitu cepat engkau menyerah di cengkeraman buaya?
Ingatkah ketika kita sama-sama menikmati nasi-kucing
Menikmati gudeg
Menikmati mie dingin
Di lembah Bulaksumur
Di selokan Mataram
Di atas puncak Merbabu
Ketika itu engkau bicara tentang hutan-hutan kita yang mengering
Tentang ketidakadilan
Tentang rakyat yang makan nasi-aking
Tentang keinginan mengubah nasib bangsa
Kami minta engkau lindungi punggawa anti-rasuah kami
ADVERTISEMENT
Kami minta engkau lindungi rakyat Nusantara
Kami minta engkau dengarkan nuranimu
Dengarkanlah rerumputan di Bulaksumur
Kuatkan hatimu
Kobarkan nyalimu
Mas Joko, kami mengandalkanmu…!
Ilustrasi KPK Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Saat dikonfirmasi, Wahyudi mengatakan isi puisi itu bertujuan agar Jokowi bisa melindungi KPK, bukan justru memperlemahnya. Sebab saat ini, kata Wahyudi, KPK merupakan lembaga penegak hukum yang benar-benar dipercaya masyarakat.
"Saya berharap presiden melindungi KPK sebagai lembaga yang dipercaya publik. Kalau ada revisi harus cermat, jangan sampai melemahkan dan menghabisi KPK," ujar Wahyudi saat dihubungi Senin (16/9).
Wahyudi menilai saat ini hidup mati KPK berada di tangan Jokowi. Ia meminta Jokowi tidak salah melangkah atas dasar tekanan politik.
"Bola ada di Presiden, saya berharap Presiden betul-betul bisa melihat secara lebih jernih," tutupnya.
ADVERTISEMENT
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten