Rakyat Sudan Tolak Pemimpin Militer Usai Presiden Dikudeta

12 April 2019 8:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah demonstran Sudan meneriakkan protes menuntut Presiden Sudan Omar Al-Bashir untuk mundur di luar kementerian pertahanan di Khartoum, Sudan, Senin, (8/4). Foto: REUTERS/STR
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah demonstran Sudan meneriakkan protes menuntut Presiden Sudan Omar Al-Bashir untuk mundur di luar kementerian pertahanan di Khartoum, Sudan, Senin, (8/4). Foto: REUTERS/STR
ADVERTISEMENT
Euforia rakyat Sudan setelah Presiden Omar al-Bashir digulingkan kembali berubah jadi perlawanan. Mereka menolak pemerintahan sementara pimpinan militer dan menuntut adanya pemimpin dari sipil.
ADVERTISEMENT
Diberitakan Reuters, Bashir yang telah memimpin selama 30 tahun digulingkan oleh militer pada Kamis (11/4) setelah ribuan rakyat Sudan berdemo di Khartoum selama 16 pekan. Aksi protes atas kepemimpinan Bashir yang otoriter dan perekonomian yang sulit berujung bentrok dengan aparat, menewaskan 11 orang.
Militer Sudan dalam pernyataannya menyebut Bashir telah mereka kudeta. Saat ini pria 75 tahun itu ditahan di tempat yang aman. Untuk sementara ini, dewan militer yang akan memimpin Sudan sebagai pemerintahan sementara.
Wakil Presiden Ibn Auf ditunjuk untuk menjadi pemimpin dewan militer. Sementara wakilnya adalah kepala staf militer Sudan Kamal Abdel Marouf al-Mahi.
Sesaat setelah penunjukan tersebut, Auf mengumumkan status darurat dengan pemberlakuan jam malam. Gencatan senjata diumumkan dan konstitusi ditangguhkan. Wilayah udara Sudan dan perbatasan juga akan ditutup hingga pemberitahuan lebih lanjut.
Presiden Sudan, Omar al-Bashir. Foto: AFP/ASHRAF SHAZLY
Kegembiraan rakyat Sudan akan jatuhnya Bashir berubah jadi murka setelah mengetahui militer yang kini memimpin pemerintahan. Kelompok aktivis Asosiasi Profesional Sudan (SPA) yang memotori demonstrasi, menyerukan aksi duduk di depan kementerian pertahanan untuk menuntut adanya pemerintahan sipil.
ADVERTISEMENT
Suasana di Khartoum kembali mencekam dengan puluhan ribu demonstran kembali berkumpul. "Jatuh lagi!" teriak mereka berkali-kali, menuntut digulingkannya lagi pemerintahan militer.
"Mereka menggulingkan pencuri dan membawa lagi pencuri! Revolusi! Revolusi!" kata demonstran.
Demonstran menolak untuk pulang kendati jam malam diberlakukan. "Mematuhi jam malam berarti mengakui kloning dari pemerintah. Tetap berjaga dan lindungi revolusi," ujar pernyataan SPA.
SPA mengatakan aksi protes tidak akan berakhir sampai kekuasaan diserahkan ke pemerintahan transisi dari sipil. Omar Saleh Sennar, anggota senior SPA, mengatakan mereka akan berunding dengan militer terkait hal ini.