Reaktor Nuklir Yongbyon di Pusaran Cekcok AS dan Korut

6 Maret 2019 18:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Batang bahan bakar nuklir bekas Korea Utara, disimpan di kolam pendingin, terlihat di fasilitas nuklir di Yongbyon, Korea Utara. Foto ini di ambil pada tahun 1996. Foto: Yonhap via AP
zoom-in-whitePerbesar
Batang bahan bakar nuklir bekas Korea Utara, disimpan di kolam pendingin, terlihat di fasilitas nuklir di Yongbyon, Korea Utara. Foto ini di ambil pada tahun 1996. Foto: Yonhap via AP
ADVERTISEMENT
Pembicaraan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di Hanoi, Vietnam, pekan lalu kandas tanpa membuahkan hasil. AS dan Korut tidak satu suara soal denuklirisasi dan pencabutan sanksi.
ADVERTISEMENT
Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Kim Chang-beom mengungkapkan cekcok Trump dan Kim Jong-un berputar di masalah denuklirisasi, mengangkat nama reaktor nuklir Yongbyon.
Chang-beom mengatakan Korea Utara hanya ingin melucuti nuklir di Yongbyon. Sementara Amerika Serikat ingin Korut melucuti semua fasilitas nuklir lainnya.
"AS menginginkan denuklirisasi juga termasuk material nuklir, kendaraan pembawanya, hingga seluruh konsep WMD (Senjata pemusnah massal)," kata Chang-beom dalam pertemuan dengan wartawan di Jakarta, Rabu (6/3).
Karena sebab itulah AS menolak permintaan Kim Jong-un agar mencabut seluruh sanksi terhadap Korut. Hal ini disampaikan Trump usai pertemuan dengan Kim Jong-un di Hanoi, Vietnam, pekan lalu.
Citra satelit Pusat Penelitian Nuklir Yongbyon Foto: Reuters
Reaktor nuklir Yongbyon terletak sekitar 100 km wilayah utara Pyongyang. Di kompleks ini terdapat tiga reaktor, pabrik pemrosesan bahan bakar, dan fasilitas pengayaan uranium.
ADVERTISEMENT
Dibangun pada 1950-an dengan bantuan Uni Soviet, Korut awalnya mengatakan Yongbyon adalah pembangkit listrik. Namun ternyata reaktor lima megawatt di dalamnya mampu memproduksi plutonium untuk senjata nuklir.
Duta Besar Korsel untuk RI Kim Chang-beom. Foto: Denny Armandhanu/kumparan
Pada 2008, Korut menghancurkan menara pendingin di Yongbyon sebagai bagian dari kesepakatan pemberian bantuan dari Jepang pada 2005. Namun pada 2013 reaktor kembali diaktifkan setelah Korut melarang masuk pengawas badan atom dunia dari Yongbyon.
Menurut Dubes Chang-beom, seharusnya denuklirisasi Korut melibatkan seluruh fasilitas tidak hanya Yongbyon. Pasalnya Pyongyang diyakini memiliki beberapa instalasi nuklir yang mengancam keamanan negara-negara tetangga, terutama Korsel yang masih dalam status berperang dengan Korut.
"Menurut pengamatan pribadi saya, pada akhirnya harus dilakukan denuklirisasi penuh. Tapi mesti ada langkah bertahap sedikit demi sedikit," kata Chang-beom.
ADVERTISEMENT