Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Ruslan, Otak di Balik Aneka Azab di FTV 'Dzolim'
24 Oktober 2018 18:46 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
ADVERTISEMENT
Episode salah satu FTV 'Dzolim' yang tayang di MNCTV menjadi perbincangan publik. Bagaimana tidak, mendengar judulnya saja kemungkinan besar orang bakal merasa aneh atau bahkan tertawa.
ADVERTISEMENT
Ya, judul FTV pada episode tersebut adalah 'Mandor Kejam Jenazah Terkubur Cor-coran dan Tertimpa Meteor'. Dapat membayangkan jalan cerita episode tersebut seperti apa?
Sederhananya begini, episode itu menceritakan tentang kehidupan seorang mandor bangunan yang semasa hidupnya tak pernah ramah kepada semua orang termasuk istrinya sendiri.
Hingga pada akhirnya sebuah kecelakaan merenggut nyawa si Mandor. Si Mandor meninggal karena tertimpa bangunan yang roboh.
Nah, sesaat setelah meninggal azab untuk si Mandor dikisahkan belum berakhir. Ketika menuju pemakaman, di sebuah pertigaan jalan, iring-iringan jenazah si Mandor dikejutkan oleh datangnya sebuah mobil. Tak lama kemudian, jenazah si Mandor terpental ke dalam molen (mesin pengaduk semen) yang sedang berputar. Jenazah itu kemudian dikeluarkan bersama timbunan coran yang sudah melekat.
ADVERTISEMENT
Sekarang, apakah kamu pernah berpikir apa yang melatarbelakangi penulis cerita menuangkan idenya? kumparan pada Rabu (24/10) mewawancarai sosok di balik karya yang viral tersebut. Siapakah dia?
Dia adalah Ruslan Ghofur yang kini berusia 37 tahun. Ia bergelut dengan dunia naskah FTV atau sinetron sejak tahun 2006. Sebelumnya ia merupakan seorang wartawan tabloid olahraga.
"Tahun 2003 sampai 2006 sempat jadi wartawan (desk olahraga) di Harian Guntur dan Harian Reporter. Karena korannya tutup, akhirnya freelance jadi penulis skenario. Kebetulan antara wartawan dan penulis skenario kan enggak jauh-jauh dari nulis," kata Ruslan dalam percakapan melalui pesan singkat.
Motivasi awalnya, Ruslan sebenarnya ingin menulis naskah teater. Sebab, ia sempat bergabung di komunitas teater kampus Universitas Negeri Jakarta, Teater Zat.
ADVERTISEMENT
"Belajar di sana. Karena jarang tampil di panggung dan seringnya di belakang layar, akhirnya keterusan belajar nulis naskah," ungkap dia,
Ruslan tak melulu menulis naskah seputar kisah religi, apalagi yang berbau azab seperti kisah si Mandor. Ia lebih mengikuti tren yang sedang digandrungi pecinta FTV di Indonesia.
"Saya nulis genre apa saja, sesuai pesanan dan tidak melulu religi saja. Tergantung di TV lagi trennya apa. Tahun ini kebetulan kan lagi trennya religi model 'Rahasia Ilahi' zaman dulu. Biasanya sih TV selalu seragam soal model tayangan ini," ujar Ruslan.
Sebelum menulis naskah FTV 'Dzolim', ia menulis naskah FTV bergenre drama hingga horor. Ia juga menulis naskah di beberapa judul sinetron yang pernah tayang di televisi swasta Indonesia.
ADVERTISEMENT
Ketika FTV 'Dzolim' ditayangkan MNC TV awal September 2018, Ruslan sudah langsung menulis untuk program tersebut. "Ada banyak Production House (PH) yang terlibat dalam produksi 'Dzolim'. Kebetulan saya nulis untuk PH MNC Pictures. Saya baru nulis 5 judul, termasuk 2 judul yang viral itu soal molen dan tahu bulat," ungkapnya.
Ruslan mengaku tak menyangka cerita yang ia tulis terkait si Mandor yang jenazahnya masuk coran molen viral dan mendapat hujatan di media sosial. Sebab, ia hanya menulis berdasarkan apa yang ia lihat dan riset sepintas.
"Kaget sih awalnya, apalagi dapat hujatan dan caci maki di medsos. Tapi lama-lama ya dinikmati aja. Mau gimana lagi. Kan saya juga gak nyangka bakalan viral," ucap Ruslan.
ADVERTISEMENT
Ruslan kemudian bercerita awal mula ide skenario FTV si Mandor muncul. "Awalnya saya cari pekerjaan tokoh utama yang gampang buat menindas orang, lalu kepikiranlah mandor. Kan mandor bisa dimainin buat menindas orang dan melakukan kedzaliman. Yang bedain ya pas meninggalnya saja," jelas dia.
Ia juga menjelaskan mengapa memilih azab jenazah mandor masuk ke coran dan kuburannya diterpa meteor. Pada bagian inilah, netizen mulai merasa ada yang aneh dengan ide Ruslan.
"Saya bikin cara meninggal yang beda. Tentang kuburan kena meteor, itu masukan dari script editor PH MNC Pictures. Yang judul Tahu Bulat, saya cuma nulis skenarionya saja. Ide cerita dari script editor MNC Pictures," tutur Ruslan.
"Dari awal yang diperlihatkan adalah kekejaman-kekejaman mandor itu. Sesekali dia dapat azab waktu masih hidup, di antaranya kejatuhan bahan bangunan. Pas meninggal baru dapat azab yang lebih dahsyat, mayatnya jatuh ke cor-coran dan kuburannya terkena meteor. Pemilihan azab memang diminta yang heboh karena nilai jualannya itu," sambung dia.
ADVERTISEMENT
Ruslan memikirkan naskah di judul episode selama enam hari. "Itu mulai dari awal nulis, revisi, dan siap syuting," ungkap Ruslan.
Selain cerita soal jenazah si Mandor yang masuk coran, ada satu lagi karya Ruslan yang viral. Judul episode tersebut adalah 'Juragan Tahu Bulat Tergoreng Dadakan Terkubur Anget-anget'.
Bagaimana Ruslan mendapatkan ide soal cerita ini?
"Kalau untuk judul Tahu Bulat, ceritanya soal perebutan pabrik tahu. Tokoh utama ambisius ingin memiliki pabrik tahu, dia melakukan berbagai cara sampai akhirnya berhasil menguasai pabrik tahu itu. Ketika berhasil jadi pemilik pabrik tahu, dia bertindak dzalim dan sewenang-wenang pada para pekerjanya," urai dia.
ADVERTISEMENT
Ia tak merasa marah dengan hujatan yang berseliweran di medsos terkait karyanya ini. Ruslan mengungkapkan, viralnya episode ini juga murni kerja tim bukan semata-mata kemampuan pribadinya.
"Saya baca dan ikutin di medsos. Umumnya hujatan dan caci maki, tapi semuanya buat lucu-lucuan aja sih. Yang komen serius juga banyak. Yang perlu saya garisbawahi, tayangan sinetron itu kerja tim. Di situ terlibat banyak orang, mulai dari penulis skenario, script editor, editor, sutradara, sampai produser," urainya.
"Cerita skenario yang sudah jadi pun kadang banyak penyesuaian dan masukan dari beberapa orang. Jadi kalau pada akhirnya viral, itu artinya memang kerja tim," tegasnya.