Said Aqil: Pemahaman Islam Indonesia dan Malaysia Sama

20 Mei 2018 21:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pertemuan Anwar Ibrahim dan Said Aqil. (Foto: Rafyq Alkandy/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pertemuan Anwar Ibrahim dan Said Aqil. (Foto: Rafyq Alkandy/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ketua Umum Partai Keadilan Rakyat Malaysia, Anwar Ibrahim, melanjutkan agendanya selama berada di Jakarta. Setelah bertemu dengan BJ Habibie dan Jusuf Kalla, Anwar bertemu dengan Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj.
ADVERTISEMENT
Dalam pertemuan yang berlangsung di Kantor PBNU, Jakarta Pusat, Anwar dan Said Aqil membahas peradaban Islam Indonesia. Dari hasil perbincangannya dengan mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia itu, Said Aqil menyimpulkan, pemahaman Islam di Indonesia dan Malaysia cenderung sama.
"Ini prinsip ahli sunnah waljamaah. Ini sama pemahaman Islam Indonesia dan Malaysia," ujar Said Aqil di Kantor PB NU, Senen, Jakarta Pusat, Minggu (20/5).
Pertemuan Anwar Ibrahim dan Said Aqil. (Foto: Rafyq Alkandy/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pertemuan Anwar Ibrahim dan Said Aqil. (Foto: Rafyq Alkandy/kumparan)
Malaysia dan Indonesia dianggap Said Aqil sama-sama menerapkan Islam Nusantara. Nilai Islam di dua negara melayu ini cenderung lebih toleran dengan perbedaan.
"Alhamdulillah ada kesamaan, Islam nusantara, Islam antiterorisme, kita tidak mudah mengkafirkan seseorang selama seseorang itu masih sholat menghadap ke Kakbah," imbuh dia.
Said Aqil kemudian menyinggung kelompok radikal yang beberapa pekan ini melakukan serangkaian aksi teror di Indonesia. Ia menyebut kelompok tersebut jumlahnya kecil, namun suaranya sangat nyaring.
ADVERTISEMENT
"Sekarang ini ada kelompok yang very very small, tapi suaranya nyaring, bom sana, bom sini," ungkap dia.
Anwar Ibrahim menimpali, ia mengatakan sejarahnya dengan kiai-kiai NU juga cukup dekat. Ia menyebut nama-nama Kiai Wahid Hasyim dan Gus Dur. Ia juga menyatakan hal yang sama terkait pemahaman Islam yang keliru.
"Saya ikuti sejarah Kiai Wahid Hasyim, teman baik saya Gus Dur, tapi pada malam ini kita fokus pada permasalahan umat Islam tentang keperluan menyederhanakan pemahaman. Bukan berarti meremehkan soal syariat atau hukum. Islam itu rahmatan lil alaimin," pungkasnya.