Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Samar Badawi, Aktivis Wanita di Pusaran Konflik Arab Saudi-Kanada
7 Agustus 2018 16:41 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
Hubungan Arab Saudi dan Kanada tengah panas-panasnya. Saudi mengusir duta besar Kanada dan akan memulangkan 15 ribu mahasiswa mereka dari Kanada. Ada satu nama masuk dalam pusaran perseteruan kedua negara itu: Samar Badawi.
ADVERTISEMENT
Seteru kedua negara bermula ketika Menteri Luar Negeri Kanada Chrystia Freeland di akun Twitternya mengomentari penangkapan Samar, aktivis HAM perempuan keluar-masuk penjara Saudi. Ditimpali sehari setelahnya dengan tweet Kemlu Kanada yang menyerukan pembebasan Samar.
Menurut Saudi, seruan tersebut adalah bentuk intervensi Kanada terhadap urusan dalam negeri mereka. Minggu (5/8), Arab Saudi menarik dubesnya dan mengusir dubes Kanada. Senin (6/8), Saudi menghentikan penerbangan ke Kanada dan menangguhkan program beasiswa ke negara itu, berdampak pada 15 ribu orang.
Samar dan seorang aktivis perempuan lainnya, Nassima al-Sadah, ditangkap aparat Saudi pada awal bulan ini. Menurut lembaga Human Right Watch, sejak Mei lalu Saudi gencar menangkapi para aktivis HAM.
Nama Samar Badawi sendiri tidak asing di dunia aktivisme hak-hak perempuan di Saudi. Wanita 37 tahun ini adalah kakak dari Raif Badawi, penulis Saudi yang divonis penjara 10 tahun dan cambuk 1.000 kali karena dianggap menghina Islam di blognya pada 2014.
ADVERTISEMENT
Mantan suami Samar juga aktivis HAM dan tengah menjalani hukuman penjara 15 tahun di Saudi. Samar telah memiliki satu orang anak.
Perlawanan pertamanya adalah terhadap kendali ayahnya sendiri. Wanita keturunan Saudi-Amerika ini menggugat ayahnya yang dituduhnya telah menyiksanya secara fisik selama 15 tahun dan melarangnya menikah.
Ayahnya menggugat balik dengan hukum ketidakpatuhan Samar terhadap walinya. Samar sempat dipenjara, namun hakim Saudi memindahkan kewalian atas dirinya kepada pamannya.
Sejak saat itu, Samar vokal memprotes ketidaksetaraan antara pria dan wanita di Saudi, salah satunya soal hak memilih dan mengendarai mobil bagi wanita serta tidak diperbolehkannya perempuan bepergian tanpa mahram.
Pada 2012, dia dianugerahi International Women of Courage Award oleh pemerintah Amerika Serikat atas keberaniannya menyuarakan HAM perempuan.
ADVERTISEMENT
Pemerintah Saudi pada 2014 mengeluarkan larangan terbang bagi Samar yang mulai aktif menghadiri forum-forum HAM di berbagai negara.
Dia pernah dipenjara pada Januari 2016 namun dibebaskan tidak lama kemudian. Tahun ini, Samar menjadi bagian dari banyak aktivis HAM perempuan yang ditangkapi di Saudi. Belum diketahui apa tuduhan terhadap dirinya, namun beberapa aktivis yang ditangkap dituding melakukan kontak mencurigakan dengan asing atau mendapatkan bantuan finansial dari "musuh di luar negeri".
Penangkapan Samar dilakukan di tengah upaya reformasi yang dilakukan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman, salah satunya mengizinkan perempuan mengemudi. Menurut Amnesty International, ini bukti pemerintah Saudi ternyata masih memberangus suara para aktivis.
"Kepemimpinan baru Arab Saudi di bawah Putra Mahkota Mohammed bin Salman telah menutup ruang bagi pembela HAM di negara itu," kata Lynn Maalouf, direktur Amnesty International Timur Tengah.
ADVERTISEMENT
Menanggapi kritikan, Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir dalam pernyataannya mengatakan bahwa Kanada mendapatkan informasi "yang menyesatkan" soal para aktivis. Menurut Jubeir, para tahanan ini adalah subjek dari hukum Saudi yang dijamin hak-haknya.
Dia juga menegaskan bahwa negaranya tidak akan menoleransi setiap bentuk campur tangan negara lain atas penangkapan tersebut.
"Kerajaan Saudi tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain dan Saudi tidak akan menerima upaya campur tangan dalam urusan negara kami. Kami meresponsnya dengan tegas," kata Jubeir.