Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Sandi: Kaus Putih yang Dibagikan di CFD untuk Hindari Gesekan Politik
6 Mei 2018 19:38 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
ADVERTISEMENT
Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) DKI Jakarta membagikan kaus putih polos untuk massa #2019GantiPresiden saat memasuki kawasan Car Free Day (CFD). Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno menuturkan, aksi bagi-bagi kaus itu, dilakukan untuk menghindari gesekan antara massa #2019GantiPresiden dan #DiaSibukKerja .
ADVERTISEMENT
Selain itu, ia juga menyebut, ide ini berasal dari rapat internal Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemprov DKI dan Kepala Bin Daerah.
“Bagaimana caranya mengurangi eskalasi dan intensitas gesekan yang ada di CFD, karena CFD harus bebas politik. Sedangkan untuk menghalau kan susah, mereka ingin berolahraga dan memakai bajunya. Kalau kita suruh copot bajunya, kalau perempuan bagaimana coba? Jadi kita bilang ya sudah, kita sediakan baju putih dan dibagikan untuk menutup,” ujar Sandi di Gudang Sarinah, Pancoran, Jakarta Selatan, Minggu (6/5).
Pembagian kaus dilakukan pada Minggu (6/5) pagi di pintu masuk area CFD di dekat Patung Kuda, Jakarta Pusat. Lokasi itu berdekatan dengan tempat deklarasi #2019GantiPresiden, yang dilakukan di Taman Aspirasi.
“Kita minta untuk menutup (kausnya) agar tidak memprovokasi. Bukan hanya dari tagar #GantiPresiden2019, tapi juga dari aksi tandingannya, kita sampaikan yang sama,” imbuh Sandi.
ADVERTISEMENT
Sandi menjamin tidak ada perlakuan khusus pada massa #2019GantiPresiden atau #DiaSibukKerja. Selain itu, kata Sandi, kegiatan bagi-bagi kaus putih polos tersebut, akan terus berlangsung untuk menciptakan suasana CFD yang nyaman dan kondusif.
“Jadi ini semua. Tidak ada pengecualian. Pokoknya tidak boleh ada politik, tidak boleh ada ajakan menghasut. Kita ingin Jakarta itu adem dan tenteram, seperti kegiatan inilah. Ini bukan tahun politik, tapi tahun kebudayaan,” tuturnya.