Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Sandi Klaim Utang Negara Ditambah BUMN Capai Rp 5 Ribu Triliun
12 Desember 2018 20:08 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB
ADVERTISEMENT
Pengelolaan BUMN oleh pemerintah perhatian cawapres Sandiaga Uno. Sandi menyayangkan cara pemerintah saat ini yang memperlakukan BUMN seperti korporasi, padahal BUMN bisa jadi benteng perekonomian bangsa.
ADVERTISEMENT
Sandi mengatakan, pola pengelolaan BUMN seperti ini membuat pemerintah juga menanggung utang BUMN. Dia mengklaim utang pemerintah ditambah dengan BUMN bisa mencapai Rp 5 ribu triliun.
“Kalau saya dapat amanah, kita akan jaga BUMN ini. BUMN ini bukan alatnya Prabowo-Sandi, ini BUMN adalah untuk memastikan adil dan makmur. Kalau BUMN bisa kita gerakkan, tidak akan membebani APBN. Utangnya tidak membludak,” kata Sandi dalam diskusi bertajuk “Selamatkan BUMN sebagai Benteng Ekonomi Nasional” di Hotel Ambhara, Rabu (12/12).
”Sekarang saya dapat laporan katanya sudah lebih dari Rp 5 ribu triliun ya. Ini alarming ya. Dan saya lihat, ini tertinggi utang sektor publik. Sudah di atas 60 persen. Ini jadi utang negara ditambah utang BUMN. It's worry. Mestinya kita concern, mestinya khawatir,” imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Sandi, dengan kondisi BUMN yang seperti ini, harusnya pemerintah khawatir. Tapi sebaliknya, pemerintah terkesan menganggap besaran utang dianggap wajar. Sebab, jika ada suatu krisis terjadi baik dari faktor internal maupun eksternal, utang sebesar itu bisa menjadi ancaman perekonomian bangsa.
“Level utang ini masih bisa dianggap sebagai suatu hal yang masih dalam batas kewajaran. Iya kalau semua oke. Kalau ada eksternal shock gimana, kalau ada internal shock gimana. Bagaimana kalau ada satu pelambatan ekonomi yang tidak kita prediksi. Bagaimana kalau trade war berlanjut. Bagaimana kalau komoditas anjlok luar biasa,” terangnya.
Sandi menilai, kondisi ini bisa semakin parah, terlebih banyak bahan-bahan mentah yang selama ini jadi andalan Indonesia harganya menurun.
“Saya baru dari Sumut, mengeluh semua, sawit jeblok, penghasilan petani ya mengalami suatu tekanan. Saya ingin BUMN ini jadi benteng dan dikelola dengan profesionalisme,” tutupnya.
ADVERTISEMENT