Sejarawan LIPI: Tugu Tani Bukan Simbol Komunisme

29 September 2017 12:09 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Patung Tugu Tani (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Patung Tugu Tani (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Keberadaan Tugu Tani atau nama resminya Patung Pahlawan lagi-lagi menuai pro-kontra. Patung yang berada di Menteng, Jakarta Pusat, disebut beberapa pihak sebagai simbol komunisme.
ADVERTISEMENT
Pada Jumat 29 September 2017 ini, direncanakan massa Forum Umat Islam Bersatu (FUIB) dengan koordinator Rahmat Himran akan berunjuk rasa menolak kebangkitan komunisme dengan menggelar apel akbar di depan Tugu Tani.
“(Patung itu) Simbol komunis,” katanya saat dikonfirmasi kumparan, Jumat (29/9) pagi.
Himran juga ingin patung itu tak lagi berdiri di Jakarta.
“Dirobohkan saja,” ujarnya.
Patung Tugu Tani (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Patung Tugu Tani (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Tuduhan Tugu Tani simbol komunis bukan pertama kali terdengar. Pada 2001 Aliansi Anti Komunis (AAK) mengancam merobohkan patung itu.
Yang terakhir adalah pada 2016. Saat itu, Sekjen Forum Umat Islam (FUI) Muhammad Al-Khaththath berpikir bahwa patung tersebut simbol komunis. Oleh karenanya, perobohan adalah tindakan mutlak yang mesti diambil.
Tudingan Tugu Tani terkait komunis sering dikaitkan dengan wujud patung yang berupa petani menyandang senjata api, yang mengingatkan pada ide mempersenjatai petani sebagai angkatan kelima.
ADVERTISEMENT
Tugu Tani adalah karya Matvey Manizer. Pria tersebut merupakan pematung top Uni Soviet.
Ia banyak menghasilkan karya seni aliran realisme sosialis. Aliran tersebut mempunyai karakter pemuliaan simbol-simbol komunis seperti emansipasi kaum proletar (kelompok kelas dua di bawah kelompok kapitalis dalam ajaran Karl Marx) yang diwujudkan dalam sebuah citra realistis.
Lalu benarkah Tugu Tani adalah simbol komunisme?
Untuk menjawabnya, kumparan (kumparan.com) menghubungi sejarawan dan Peneliti Utama LIPI, Asvi Warman Adam. Dia menyebut, salah besar menilai Patung Pahlawan sebagai simbol komunis.
"Jelas tidak. Itu terkait pembebasan Irian Barat," sebut Asvi, Jumat (29/9).
Asvi menjelaskan sejarah singkat pambuatan patung itu. Suatu ketika, Presiden Sukarno melawat ke Moskow, Uni Soviet. Di sana, Bung Karno bertanya kepada Dubes RI di Moskow, Adam Malik, siapa yang pematung terbaik untuk membuat karya bertema pembebasan Irian Barat.
ADVERTISEMENT
Adam Malik langsung terbesit nama Manizer. Pematung itu pun tidak ragu menerima tawaran Bung Karno dan mengunjungi Indonesia untuk melakukan riset sebelum memahat karyanya.
"Si pematung bernama Manizer datang ke Indonesia, (dia membuat patung pahlawan) berdasar cerita rakyat tentang ibu yang melepas anaknya ke medan juang, dengan memberi bekal makanan," ucapnya.
Asvi menekankan, ada makna di balik simbol ibu memberi makan kepada anaknya yang akan pergi berjuang.
Adam Malik (Foto: Dok. Kemdikbud)
zoom-in-whitePerbesar
Adam Malik (Foto: Dok. Kemdikbud)
"Intinya supaya pembebasan rakyat tidak hanya oleh militer tapi didukung oleh seluruh rakyat sukarelawan," tuturnya.
Asvi menegaskan, fakta lain yang perlu diketahui publik terkait Tugu Tani bukan simbol komunis adalah patung tersebut sudah berdiri sebelum peristiwa 1965 meletus, yaitu tahun 1963.
Dikutip dari Historia, Adam Malik merupakan orang yang mati-matian menyangkal dan menolak tuduhan Tugu Tani merupakan simbol komunis.
ADVERTISEMENT
"Salah sama sekali jika dikatakan bahwa patung itu berbau kolone kelima,” kata Adam Malik.
"Dengan demikian patung tersebut bukan hadiah atau hasil pemikiran orang Soviet, melainkan pesanan dan pemikiran Bung Karno sendiri,” jelas Adam Malik.