Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Sekjen PDIP: Tak Ada Pemikiran Mengganti Dukungan Gus Ipul-Azwar Anas
5 Januari 2018 9:40 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
ADVERTISEMENT
Tensi politk di Pilgub Jatim semakin memanas. Bakal calon wakil gubernur Jawa Timur, Abdullah Azwar Anas mengajukan pengunduran diri kepada DPP PDIP, menyusul isu miring yang menyerangnya jelang masa pendaftaran pada 8-10 Januari. Posisi Anas dikabarkan diganti dengan Tri Rismaharini (Risma).
ADVERTISEMENT
Menanggapi kabar itu, Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto menegaskan tidak pernah berpikir untuk mengganti Azwar Anas sebagai cawagub Saifullah Yusuf (Gus Ipul).
"Sekali keputusan politik diambil, partai kokoh dan konsisten atas keputusannya. Karena itulah PDIP tidak pernah memiliki pemikiran sedikitpun untuk mengganti paslon tersebut,” ujar Hasto dalam keterangan tertulisnya, Jumat (5/1)
Menurutnya, pasangan Gus Ipul-Azwar Anas adalah figur yang lahir dari kultur Nahdlatul Ulama (NU), keduanya memiliki kinerja yang baik dan membanggakan. Tak hanya itu, Gus Ipul-Azwar Anas juga memiliki wawasan yang luas dan hadir sebagai representasi kepemimpinan profesional dengan akar dukungan rakyat yang sangat kuat.
Dengan demikian, ketika PDIP mengusung Gus Ipul-Azwar Anas, keputusan yang diambil PDIP tentunya telah melalui pertimbangan yang matang.
ADVERTISEMENT
"Sekali keputusan politik diambil, partai kokoh dan konsisten atas keputusannya. Partai mengambil atas pertimbangan ideologis, maka paslon yang kami usung didedikasikan untuk rakyat, bangsa dan negara," tutur dia.
Hasto mengatakan, Gus Ipul-Azwar Anas memiliki peluang memenangkan Pilgub Jatim, tetapi ia menengarai ada pihak-pihak yang berusaha menjegalnya dan menghalal segala cara, demi ambisi politik kekuasaan termasuk dengan menghembuskan isu miring jelang pendaftaran Pilgub Jatim.
"Mereka yang telah kami pilih dan punya potensi menang. Tentu saja secara sengaja dan sistematis dicoba diturunkan elektabilitasnya. Isu yang sering dipakai adalah masalah moral, melalui rekayasa pelanggaran moral, isu korupsi, dan berbagai isu lainnya termasuk ujaran kebencian dan memecah belah antara calon dan parpol pengusungnya," bebernya.
ADVERTISEMENT
Atas berbagai dinamika tersebut, Hasto meminta kepada seluruh paslon tetap teguh pada jalan kepemimpinan untuk rakyat.
“Perubahan hanya bisa terjadi melalui force majure, misal calon berhalangan tetap, atau mengundurkan diri karena tidak diizinkan oleh keluarga dekatnya, atau karena kepentingan yang lebih besar sebelum batas akhir pendaftaran," pungkas Hasto.