news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Setelah Prancis, Belgia Juga Ingin Kembalikan Artefak Curian

14 Desember 2018 23:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Royal Museum for Central Africa, Belgia (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Royal Museum for Central Africa, Belgia (Foto: Wikimedia Commons)
ADVERTISEMENT
Setelah Presiden Prancis Emmanuel Macron mengumumkan akan mengembalikan 26 benda bersejarah dari Museum Quai Branly Paris ke Benin. Negara tetangganya, Belgia, juga ingin melakukan hal yang sama.
ADVERTISEMENT
Sebuah museum di Belgia yang bertemakan Afrika telah dibuka kembali pada hari Sabtu (8/12) setelah lima tahun dalam renovasi. Museum Royal untuk Afrika Tengah (RMCA) yang terletak di kota Tervuren merupakan museum etnografi dan sejarah yang berfokus pada Kongo, bekas jajahan Belgia.
Perombakkan museum tersebut membutuhkan dana sekitar 75 juta Euro (atau sekitar Rp 1,2 triliun) yang digunakan untuk mengubah desain museum yang penuh dengan propaganda kolonialisme.
Sebelum direnovasi, RMCA telah mendapatkan banyak kritik karena dianggap medukung penjajahan. RMCA dibangun pada tahun 1908 oleh Raja Belgia Leopold II. Museum tersebut memiliki banyak koleksi yang dirampas dari masyarakat Kongo oleh Raja Belgia dan pasukannya.
Saat itu, Kongo merupakan daerah kekuasaan pribadi Raja Leopold II. Masyarakat Kongo banyak yang dibunuh secara kejam dan dijadikan budak penghasil karet untuk memperkaya kantung pribadi Raja Leopold II.
Royal Museum for Central Africa, Belgia (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Royal Museum for Central Africa, Belgia (Foto: Wikimedia Commons)
Direktur RMCA, Guido Gryseels mengatakan, 66 juta Euro dihabiskan untuk pembuatan gedung baru, sementara 9 juta Euro dihabiskan untuk pameran yang baru. Namun, menurutnya yang terpenting dalam renovasi RMCA adalah perubahan persepsi masyarakat Belgia tentang Afrika dan orang-orangnya.
ADVERTISEMENT
“Seluruh generasi Belgia (sebelumnya) datang ke sini dan diberitahu bahwa penjajahan adalah hal yang baik, bahwa kita membawa peradaban dan kemakmuran dan budaya kepada Kongo,“ komentar Gryseels tentang RMCA sebelum museum tersebut direnovasi, Jumat (14/12).
Sebelum direnovasi, cerita tentang penjajahan Belgia di Kongo mendominasi seluruh isi museum. Namun, dalam RMCA yang baru, sejarah penjajahan hanya dipamerkan dalam satu galeri. Sementara galeri-galeri yang lain dipenuhi dengan artefak lama dengan video komentar yang lebih banyak berasal dari orang-orang Afrika dibandingkan dengan orang-orang Eropa.
“Kami juga memikul tanggung jawab kami bahwa lebih dari 60 tahun, kami menyebarkan sebuah gambar superior, cara berpikir orang barat terhadap budaya orang Afrika,“ ucap Gryseels.
Sebelumnya di dalam RMCA ada sebuah patung misionaris Eropa dengan seorang anak Afrika mencengkeram jubah misionaris tersebut. Sebuah plakat yang bertuliskan “Belgia membawa peradaban ke Kongo“ terletak pada patung tersebut.
Royal Museum for Central Africa, Belgia (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Royal Museum for Central Africa, Belgia (Foto: Wikimedia Commons)
Namun, ruangan tempat patung tersebut sebelumnya diletakkan didominasi oleh patung kayu raksasa berupa kepala orang Afrika. Patung tersebut dipahat oleh seorang artis yang lahir di Kongo.
ADVERTISEMENT
Banyak masyarakat Belgia yang tidak mau peduli terhadap apa yang Belgia lakukan terhadap Kongo pada akhir abad ke-19. Belgia sendiri dapat menjadi salah satu negara kaya di dunia karena penjajahan yang dilakukan di Kongo.
Meskipun RMCA telah direnovasi, para aktivis mengatakan bahwa dengan tetap menyimpan artefak yang dicuri artinya penjajahan masih terus berlanjut. Sementara itu, Presiden Kongo Joseph Kabila mengatakan bahwa Kongo akan segera meminta kembali artefak-artefak yang dicuri Belgia.
“Kami menunggu untuk selesainya pembangunan dan dibukanya museum kami sendiri,” kata Kabila. “Satu bulan sebelum pembangunan selesai yang dijadwalkan pada bulan Juni, akan ada permintaan resmi (pengembalian artefak).”
Royal Museum for Central Africa, Belgia (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Royal Museum for Central Africa, Belgia (Foto: Wikimedia Commons)
Gryssels sendiri tidak berkeberatan jika harus mengembalikan artefak-artefak Kongo. Ia mengatakan bahwa aksi Macron yang akan mengembalikan artefak curian ke Benin juga mempengaruhi dirinya dan RMCA.
ADVERTISEMENT
“Sejak publikasi laporan Macron, isu tersebut muncul dan setiap orang menanyakkan saya tentang hal tersebut,“ kata Gryssels. “Ada tekanan.“
Ia setuju untuk mengembalikan beberapa artefak terutama jika objek-objek tersebut dirampas secara ilegal. “Namun, Kongo belum memiliki kapasitas, mereka bahkan belum mempunyai museum nasional, meskipun mereka sedang membangunnya,” ucap Gryssels.
Ia berpendapat bahwa akan ada saatnya artefak-artefak tersebut dikembalikan ke Kongo. Namun, hal tersebut belum bisa dilakukan sekarang.