Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Skandal Kecurangan Masuk Kampus Guncang AS, Artis Hollywood Terlibat
13 Maret 2019 10:01 WIB
Diperbarui 20 Maret 2019 20:07 WIB
ADVERTISEMENT
Warga Amerika Serikat tengah dikejutkan dengan kasus kecurangan tes masuk kampus-kampus ternama oleh orang-orang kaya negara itu. Ada puluhan orang yang terlibat dalam kasus ini, di antaranya artis-artis Hollywood.
ADVERTISEMENT
Diberitakan AFP, Rabu (13/3), sebanyak 50 orang didakwa atas kasus skema kecurangan tes masuk perguruan tinggi. Mereka terdiri dari 33 orang tua yang membayar agar anak-anaknya bisa masuk kampus, 13 pelatih olahraga dan penguji tes masuk, dan pelaku utama, warga California, William Singer, dan tiga kaki tangannya.
Di antara yang terlibat adalah bintang film "Desperate Housewives", Felicity Huffman, dan aktris Hollywood lainnya Lori Loughlin. Tersangka lainnya terdiri dari direktur utama perusahaan, ahli keuangan, desainer, pengacara, hingga pembuat wine. Mereka semua telah ditangkap dan akan diadili di berbagai kota di AS.
Dalam laporan pengadilan, para terdakwa total membayar lebih dari USD 25 juta atau sekitar Rp 356 miliar kepada Singer agar anak-anak mereka bisa masuk kampus-kampus bergengsi di AS. Beberapa di antara kampus itu adalah Yale, Stanford, Georgetown dan University of Southern California. Praktik ini telah berlangsung selama tujuh tahun.
ADVERTISEMENT
Huffman, 56, dan suaminya William Macy, misalnya, membayar USD 15 ribu (Rp 214 juta) agar putri tertua mereka bisa lolos tes masuk. Sementara Loughlin, 54, dan suaminya Mossimo Giannulli, desainer ternama, membayar USD 500 ribu (Rp 7 miliar) agar dua putri mereka bisa masuk ke University of Southern California.
Menurut laporan pengadilan, Singer membayar pihak kampus untuk merekayasa hasil ujian SAT dan ACT anak-anak tersebut atau menggunakan joki saat ujian. Selain itu, Singer juga menyuap para pelatih olahraga di kampus untuk untuk merekrut anak-anak itu untuk masuk tim olahraga kampus, padahal mereka sama sekali bukan atlet.
Kasus ini mengguncang orang tua di AS yang ingin anaknya masuk kampus ternama. Padahal tanpa kasus ini pun, kesenjangan pendidikan antara si kaya dan miskin di AS terbentang lebar.
ADVERTISEMENT
Para orang tua kaya di AS bisa membayar mahal untuk bimbingan belajar anak-anak mereka. Selain itu, mereka mampu membayar agar anak-anak mereka bisa ikut tes masuk kampus dua hingga kali sampai lulus.
"Kemunafikan dan minimnya karakter dari Huffman dan Loughlin sangat memalukan. Tidak heran anak-anak mereka tidak punya kemampuan di kampus, orang tua mereka gagal dalam banyak hal. Orang tua mereka sekarang jadi terdakwa," tulis seorang pengguna Twitter.
Tidak ada komentar dari kampus-kampus terkait. Anak-anak para terdakwa juga tidak dijadikan terdakwa. Menurut jaksa penuntut di Boston, Andrew Lelling, pengadilan terhadap mereka akan berlangsung adil tanpa intervensi uang.
"Orang tua ini adalah katalog dari kekayaan dan hak-hak istimewa," kata Lelling.
ADVERTISEMENT
"Setiap tahunnya ratusan ribu orang pekerja keras, siswa berbakat, berjuang untuk bisa masuk ke sekolah elite. Tidak boleh ada sistem berbeda bagi orang kaya untuk masuk kampus, dan saya tambahkan, tidak akan ada perbedaan sistem keadilan," tegas Lelling.