Staf Khusus Presiden untuk Papua, Lenis Kogoya

Staf Khusus Sarankan Jokowi Temui Warga Papua untuk Dialog

20 Agustus 2019 11:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Staf Khusus Presiden untuk Papua, Lenis Kogoya usai bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta. Foto: Fahrian Saleh/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Staf Khusus Presiden untuk Papua, Lenis Kogoya usai bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta. Foto: Fahrian Saleh/kumparan
ADVERTISEMENT
Presiden Jokowi memanggil Staf Khusus Presiden untuk Papua Lenis Kogoya, Selasa (20/8) pagi. Dalam pertemuan itu, keduanya membahas penanganan kerusuhan yang terjadi di Papua dan Papua Barat.
ADVERTISEMENT
Usai pertemuan, Lenis menjelaskan bahwa keduanya membahas strategi yang akan ditempuh untuk menyelesaikan kerusuhan tersebut.
"Saya sudah lapor Pak Presiden. Ada strategi khusus untuk menangani masalah Papua. Tapi yang lebih khusus untuk menangani masalah mahasiswa. Pola asramanya kita perhatikan, pola hidupnya kita perhatikan. Terus pendidikannya juga kita perhatikan. Jadi kejadian ini tak terulang lagi ke depan," kata Lenis di Kompleks Istana Kepresidenan.
Selain itu, dalam pertemuan itu, Lenis mengusulkan kepada Jokowi untuk mengunjungi Papua dan Papua Barat. Sehingga, Jokowi bisa bertemu langsung dengan tokoh adat dan mendengarkan langsung aspirasi dari masyarakat di sana.
"Mungkin dalam waktu tidak terlalu lama, kita ajak Pak Presiden ke Papua lagi, untuk berdialog, untuk berdiskusi dengan masyarakat Papua. Mungkin Papua dan Papua Barat, mungkin dari tokoh adat, atau pemerintah," jelasnya.
ADVERTISEMENT
"Mungkin minggu depan atau bulan ini-lah, Presiden ke Papua. Supaya presiden ketemu langsung dengan masyarakat Papua dan Papua Barat," lanjutnya.
Selain itu, dalam pertemuan, Lenis juga meminta Jokowi agar pemerintah merangkul semua kalangan. Khususnya, masyarakat Papua dan Papua Barat. Ia mengatakan akan memfasilitasi pertemuan secara berkala antara pemerintah dan warga Papua dan Papua Barat.
Dengan komunikasi yang rutin, diharapkan ketegangan tak lagi terjadi di Papua di masa mendatang.
"Sekarang ini mungkin saya fasilitasi khusus orang-orang adat, pemuda, terus mama-mama, berdialog. Nanti selanjutnya baru pemerintah. Jadi di Papua, saya atur ini ketemu dulu masyarakat, nanti baru pemerintah. Jadi jangan digabung," ujar dia.
"Jadi aspirasi masyarakat untuk menyampaikan pembangunan masa depan seperti apa," tandasnya.
ADVERTISEMENT
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten