Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Suharno Habiskan Jutaan Rupiah Demi Kostum Badut
11 Agustus 2018 18:18 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
Meski pernah di PHK dua kali, bercerai, dan tidak memiliki keturunan, Suharno memilih tidak patah arang meratapi nasib. Walau hidupnya penuh duka, Ia memilih mengalihkan kesedihan dengan menjalani hobinya 'ngebadut' karena menyukai anak kecil.
ADVERTISEMENT
Tak sampai di situ, di usianya yang hampir menginjak kepala enam, dedikasi Suharno pada profesinya ini tidaklah sembarangan. Meski berpenghasilan tak menentu, ia tak segan menggelontorkan uang hingga jutaan rupiah untuk membeli perlengkapan badut.
Menurut Harno, ia turut senang jika melihat anak-anak senang, itulah alasan ia tidak main-main berprofesi sebagai pebadut.
"Karena saya sudah tua, daripada saya di rumah, mending saya jadi badut. Bisa gerak-gerak dan ketawa, jadi awet muda gak sakit-sakitan," ujar Harno.
Harno memiliki banyak variasi kostum badut yang bisa disesuaikan dengan keinginan anak-anak. Harga satu kostum badut juga tak murah, sekitar satu juta rupiah.
Perjuangan dan kisah Harno ini menyentuh hati sekelompok pemuda. Salah satunya Marsya (22), seorang analis bisnis di salah satu perusahaan aplikasi berbasis transportasi di Jakarta.
ADVERTISEMENT
Marsya bersama dengan teman-temannya mengundang Harno untuk menjadi badut di acara bakti sosial di yayasan yatim. Bagi Marsya pelajaran yang bisa diambil dari kisah Suharno bukanlah sedihnya, namun semangatnya.
"Saya rasa pelajaran yang dapat diambil bukanlah bagian sedihnya, tapi positifnya. Pak Harno semangat sekali menjalani pekerjaannya, berusaha untuk terus berkembang dan melihat kesempatan yang ada." kata Marsya di acara bakti sosial, Sabtu pekan lalu.
Menurut Marsya, generasi muda saat ini harus berkaca pada kisah Suharno, karena masih banyak dari mereka yang suka mengeluh hanya karena masalah sepele.
"Pelajaran terbesar yang harusnya diambil dari Pak Harno adalah terus belajar untuk jadi lebih baik dan bersyukur dalam menjalani hidup," tutupnya.
ADVERTISEMENT