Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Sultan Abdullah Ditunjuk Jadi Raja Malaysia yang Baru
24 Januari 2019 16:48 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:48 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Diberitakan Reuters, penunjukan Abdullah dilakukan dalam pemilihan oleh sembilan sultan negara bagian di Istana Negara Kuala Lumpur pada Kamis (24/1). Dia akan menjadi raja untuk waktu lima tahun ke depan.
Abdullah, 59, akan diangkat sebagai raja dengan gelar Yang Dipertuan Agong dalam upacara pentahbisan 31 Januari mendatang. Abdullah sebelumnya baru diangkat menjadi Sultan Pahang untuk menggantikan ayahnya yang sudah tua.
Raja sebelumnya, Sultan Muhammad V dari Kelantan, adalah raja Malaysia pertama yang memutuskan turun takhta. Keputusan ini diambil setelah muncul rumor bahwa dia menikahi mantan Miss Moscow di Rusia tahun lalu. Rumor ini dibantah, namun foto-foto pernikahan tersebar luas.
Malaysia memiliki cara kepemimpinan yang unik. Sembilan pemimpin negara bagian akan menjadi raja dengan cara digilir setiap lima tahun sekali. Menurut rotasinya, raja Malaysia pada 2024 adalah giliran Sultan dari Johor.
ADVERTISEMENT
Sultan Abdullah dikenal aktif dalam kegiatan olahraga di Malaysia. Dia menjabat sebagai dewan FIFA dan presiden Asosiasi Hoki Asia dan mantan kepala Asosiasi Sepak Bola Malaysia.
Dia juga dikenal sebagai penggemar olahraga polo. Abdullah pernah sekolah di akademi militer Sandhurst di Inggris.
Raja Malaysia menempati posisi kepala negara, namun tugasnya sebagian besar hanya seremonial semata. Di antara tugas Raja Malaysia adalah melantik perdana menteri pemenang pemilu atau menerima penunjukan Jaksa Agung oleh PM.
Dia juga punya wewenang untuk mengeluarkan pengampunan kerajaan. Contohnya adalah pengampunan Anwar Ibrahim oleh Raja Muhammad V pada 2018 dan penghapusan seluruh tuduhan sodomi dan korupsi terhadap dirinya.
Raja dijunjung karena dianggap sebagai simbol penjaga Islam di Malaysia yang warganya mayoritas Muslim.
ADVERTISEMENT
Mahathir Mohamad ketika menjadi perdana menteri pada 1983 dan 1993 beberapa kali mencabut keistimewaan Raja akibat laporan rakyat soal perlakuan buruk keluarga bangsawan. Di antara yang dicabut adalah perlunya persetujuan raja untuk pengesahan legislasi di parlemen dan kekebalan hukum terhadap mereka.