Sultan HB X Minta Maaf soal Pemotongan Nisan Salib di Yogya

20 Desember 2018 13:25 WIB
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sri Sultan Hamengku Buwono X. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sri Sultan Hamengku Buwono X. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta yang juga Raja Keraton Ngayogyakarto, Sri Sultan Hamengku Buwono X, menyampaikan permohonan maaf terkait insiden pemotongan nisan salib di Pemakaman Jambon, Purbayan RT 53 RW 13, Kotagede, Yogyakarta. Permohonan maaf Sultan tersebut disampaikan di Ruang Yudhistira, Balai Kota Yogyakarta, Kamis (20/12).
ADVERTISEMENT
“Harapan saya, kepada Bu Slamet (istri almarhum Albertus Slamet Sugihardi) maupun kepada kevikepan saya menyampaikan permohonan maaf sebesar-besarnya dari peristiwa yang ada ini. Biarpun didengar ketidaksengajaan, tetapi saya wajib sebagai pembina wilayah memohon maaf,” ujar Sultan.
Sultan mengatakan bahwa agama dan simbol-simbol keagamaan itu dijamin dalam konstitusi. Dalam kasus ini, kata dia, pejabat wilayah kurang memperhatikan aspek-aspek yang bertentangan dengan undang-undang. Seharusnya, ujar Sultan, pembina wilayah wajib mengingatkan agar insiden itu tidak terjadi.
“Nah, di sini kami semua itu kurang tanggap terhadap simbol-simbol," ujar dia. "Hanya mungkin cari praktisnya saja sebagai bentuk kompromi."
Sultan mengatakan kesepakatan antarwarga itu baik untuk menjaga hubungan kemasyarakatan. Dia juga menilai warga belum sepaham dalam melihat suatu kondisi tertentu. Sultan mengambil contoh saat peristiwa pemotongan nisan salib yang hanya dilakukan berdasarkan kepraktisan.
ADVERTISEMENT
Bentuk kepraktisan itu ternyata menimbulkan gejolak. Peristiwa pemotongan nisan salib itu, ujar Sultan, diharapkan menjadi pembelajaran bagi semua pihak. Dia ingin masyarakat Yogyakarta menjaga toleransi. Tujuannya adalah agar sesama warga bisa harmonis dan rukun tinggal di DIY.
"Karena bagaimanapun saya punya kewajiban, Pak Wali Kota punya kewajiban menjaga Yogya ini menjadi wilayah yang punya tolerasi tinggi," ujar dia. "Apa artinya demokratisasi di Yogya tinggi, tapi ternyata ada intoleransi yang menimbulkan masalah kebersamaan kita."