news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Surabaya Punya Jembatan Baru yang Dilengkapi Trek Jogging

6 Maret 2018 11:49 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Risma tinjau Jembatan Ujung Galuh. (Foto: Phaksy Sukowati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Risma tinjau Jembatan Ujung Galuh. (Foto: Phaksy Sukowati/kumparan)
ADVERTISEMENT
Warga Surabaya kini punya jembatan baru bernama Jembatan Ujung Galuh. Jembatan yang membelah Sungai Kalimas ini segera dibuka bulan depan.
ADVERTISEMENT
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengungkapkan, jembatan ini tidak sekadar dimanfaatkan untuk memecah kepadatan lalu-lintas jalan di sekitarnya, yakni Jalan dr. Soetomo, Jalan Dinoyo, Jalan Ratna dan Jalan Darmokali. Jembatan Ujung Galuh akan dimanfaatkan juga sebagai pusat rekreasi masyarakat di sekitarnya.
Pemerintah Kota Surabaya juga akan menunjang jembatan dengan beberapa fasilitas menarik untuk semua kalangan umur, seperti taman bermain hingga jogging track. "Jadi jembatan cantik tidak hanya untuk berfoto tapi juga aspek wisatanya ada," ujar Risma, Selasa (6/3).
Risma menambahkan, Jembatan Ujung Galuh didesain dengan gaya eksklusif dan berbeda dengan jembatan lainnya. Wali Kota perempuan pertama di Surabaya ini mengaku mendesain sendiri dengan dibantu oleh tim organisasi perangkat daerah terkait.
ADVERTISEMENT
"Kalau ide, saya sendiri. Kami selalu mendesain berbeda pada setiap jembatan. Jembatan juga kita manfaatkan untuk wisata di pinggir sungai," ujarnya sembari tersenyum.
Nantinya, lanjut Risma, Pemerintah Kota Surabaya akan menambah pembuatan taman di samping kanan-kiri jembatan. Ditambahkan juga pencahayaan lampu agar pemandangan jembatan tetap cantik dan tidak remang-remang di malam hari.
"Akan kita siapkan lighting atau pencahayaan pada taman untuk anak-anak atau keluarga bermain," ujarnya.
Jembatan Ujung Galuh. (Foto: Phaksy Sukowati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Jembatan Ujung Galuh. (Foto: Phaksy Sukowati/kumparan)
Kumpulkan Sandal Jepit untuk Lintasan Lari
Tidak lupa, Risma juga menyediakan jalur khusus bagi masyarakat yang gemar olahraga berupa lintasan lari atau jogging track di bawah Jembatan atau pinggir sungai. Lintasan akan memanjang hingga sekitar dua kilometer.
Lintasan tidak akan dibuat dari plester semen ataupun karet matras. Satuan tim penggarap jembatan sudah mengumpulkan ratusan sandal jepit karet bekas untuk bahan baku pembuatan lintasan.
ADVERTISEMENT
Karet-karet bekas dari sandal ataupun ban kemudian dibersihkan dan dipotong-potong hingga melewati proses tertentu sehingga berwujud seperti matras. Sehingga lintasan yang empuk akan memberikan kenyamanan berlari atau jogging bagi masyarakat.
"Pengganti matras kan mahal. Kita kumpulin dari TPA ternyata banyak sekali kita temukan sampah sandal-sandal bekas. Jadi bisa dimanfaatkan," urai Risma.
Risma tinjau Jembatan Ujung Galuh. (Foto: Phaksy Sukowati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Risma tinjau Jembatan Ujung Galuh. (Foto: Phaksy Sukowati/kumparan)
Tak hanya sandal bekas, Risma juga memanfaatkan keramik-keramik bekas untuk membuat tempat duduk cangkrukan untuk pengunjung di sekitar taman. "Banyak keramik yang dibuang. Padahal bisa kita sulap jadi mozaik cantik untuk tempat duduk-duduk," tandasnya.
Bagi para perokok juga disediakan tempat duduk khusus perokok sekaligus tempat sampah khusus puntung rokok. "Ada tempat duduk khusus perokok. Kalau jalan-jalan putar taman atau jogging track nggak boleh merokok!" imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Pakai Nama Lawas Surabaya
Sebelumnya, Jembatan Ujung Galuh ini pada proses pembuatannya dikenal sebagai Jembatan Ratna. Pasalnya, Jembatan menyambung dengan jalan Ratna yang berada di sisi utaranya.
Namun belakangan, Risma mengaku lebih sreg dengan nama Ujung Galuh. Nama ini menyimpan arti dan sejarah yang tak bisa dilepaskan dari asal usul kota Surabaya.
Jembatan Ujung Galuh. (Foto: Phaksy Sukowati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Jembatan Ujung Galuh. (Foto: Phaksy Sukowati/kumparan)
Risma menceritakan, Ujung Galuh itu merupakan nama sebutan lokasi daratan Surabaya pada Zaman Kerajaan Majapahit. "Nama lama di Surabaya. Kalau dengar Kerajaan Majapahit Ujung Galuh itu ya lokasinya di Surabaya," sebutnya.
Ujung Galuh juga lokasi terjadinya peristiwa pergelutan antara suro (Ikan Hiu) dan boyo (Buaya) yang kemudian menjadi cikal bakal kota Surabaya. Selain itu Ujung Galuh pada masa Majapahit juga sering menjadi tambatannya perahu dan Kapal. Pernah juga menjadi saksi Perang dengan Kerajaan Tar-Tar.
ADVERTISEMENT
"Kalau kita pakai Jembatan Ratna nanti kita harus bikin Jembatan Galih juga dong. Jadi Galih dan Ratna," kelakarnya.
Meski demikian, Risma mengungkapkan, peresmian jembatan yang dijadwalkan pada akhir Maret harus diundur lantaran untuk kesiapan teknis lainnya. "Kami masih menunggu pelebaran saluran di bawah jembatan agar tidak mudah tersumbat," tandasnya.