Tak Ada Kado 'Cawapres' di Ultah ke-40 AHY

10 Agustus 2018 7:24 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Agus Harimurti Yudhoyono. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Agus Harimurti Yudhoyono. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Dewi Fortuna barangkali belum mau berpihak kepada putra sulung Ketum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, Agus Harimurti Yudhoyono. Di hari ulang tahunnya yang ke-40, AHY justru bernasib kurang mujur: gagal maju sebagai cawapres.
ADVERTISEMENT
AHY menginjakkan usianya yang ke-40 tepat pada hari ini. Kebetulan, hari ini juga menjadi hari terakhir pendaftaran capres-cawapres di KPU. Salah satu syarat di PKPU tertulis, capres-cawapres minimal berusia 40 tahun.
Sebagaimana diketahui, AHY memang sejak lama sudah diproyeksikan Partai Demokrat untuk maju ke laga pilpres. Hal itu pernah dikatakan oleh Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Agus Hermanto.
“Karena seluruh kader Demokrat di bawah itu menginginkan agar AHY bisa menjadi pemimpin, leader, baik itu capres maupun cawapres,” ujar Agus di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (23/2).
Selain itu, dalam orasi politiknya AHY, juga menyebut tak ada salahnya Indonesia dipimpin oleh kalangan muda.
Orasi AHY #MudaAdalahKekuatan di Grand Ballroom XXI Djakarta Theatre, Jumat (3/8). (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Orasi AHY #MudaAdalahKekuatan di Grand Ballroom XXI Djakarta Theatre, Jumat (3/8). (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
"Saya minggu depan 10 Agustus berulang tahun, tentu merasa senang, terhormat kalau dibilang anak muda, walaupun muka tidak terlalu muda lagi," ucap AHY di acara Muda Adalah Kekuatan, di Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Jumat (3/8).
ADVERTISEMENT
"Ada yang mengatakan bahwa saya ini terlalu muda untuk melakukan sesuatu. Iya, saya memang muda. So what?" kata AHY.
Beragam manuver telah dilakukan Partai Demokrat untuk mempermudah jalan AHY menuju Istana, termasuk dengan mendekati sejumlah parpol.
Langkah pertama yang dilakukan SBY adalah dengan mendekati kubu Joko Widodo. Dalam konferensi pers yang digelar di kediamannya, SBY mengaku sudah lima kali bertemu dengan Jokowi dalam setahun terakhir.
Sayangnya, SBY tak dapat berkoalisi dengan Jokowi lantaran hubungannya dengan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri yang belum membaik.
"Saya tidak mengatakan ini hambatan dengan Pak Jokowi tapi ada hambatan dengan koalisi. Bukan dengan Pak Jokowi, hubungan saya dengan Pak Jokowi tetap baik," kata SBY di Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (25/7).
ADVERTISEMENT
"Karena melihat realitas hubungan dengan Ibu Mega masih belum pulih, masih ada jarak di situ," lanjutnya.
Melihat kecilnya peluang Partai Demokrat untuk masuk ke koalisi Jokowi, SBY akhirnya berbalik arah melakukan komunikasi politik dengan kubu Prabowo. Belakangan, partai berlambang mercy ini makin intens menjalin komunikasi dengan sejumlah partai seperti Gerindra, PKS, dan PAN.
Komandan Kogasma Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono saat ditemui kumparan di kediamannya. (Foto: Puti Cinintya/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Komandan Kogasma Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono saat ditemui kumparan di kediamannya. (Foto: Puti Cinintya/kumparan)
Puncak komunikasi antara Partai Demokrat dengan Partai Gerindra terjadi saat SBY dan Prabowo bertemu di kediaman SBY. Saat itu, SBY memberi sinyal dukungannya kepada Prabowo. Namun, ia mengatakan, menyerahkan keputusan soal cawapres kepada Prabowo.
"Saya juga tidak menawarkan menyarankan kader Demokrat sebagai cawapres beliau, tidak. Silakan cek ke Pak Prabowo, kalau kita cocok berjodoh dan ditakdirkan Allah untuk berkoalisi Pak Prabowolah sebagai capres yang menyampaikan kepada kami siapa cawapres yang dipilih," tegas dia.
ADVERTISEMENT
Namun, sayangnya peluang koalisi itu tertutup saat Prabowo lebih memilih Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra Sandiaga Uno untuk menjadi cawapresnya. Keputusan itu, diambil sehari sebelum AHY berulang tahun.
Sikap Prabowo yang lebih memilih Sandi sebagai cawapres membuat Partai Demokrat murka. Akhirnya, Partai Demokrat memutuskan menutup peluang koalisi bersama Prabowo.
Wasekjen Partai Demokrat Andi Arief dalam Twitternya menyebut, partainya menolak pencawapresan Sandi.
"Sikap Partai Demokrat sampai pukul 22.30 WIB malam ini adalah menolak pencawapresan Sandi Uno karena melanggar etik koalisi berasal dari Partai Gerindra sama dengan capres Prabowo," cuit Andi, Kamis (9/8).
Hingga saat ini, Partai Demokrat masih belum menentukan sikap terkait pilpres. Sikap Partai Demokrat akan dibahas di Majelis Tinggi yang digelar pagi ini pukul 09.00 WIB di kediaman SBY.
ADVERTISEMENT