Tebar Ancaman, Korut Justru Krisis Bahan Bakar di Dalam Negeri

23 April 2017 20:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
SPBU di Korea Utara (Foto: AP Photo/Eric Talmadge)
Pengguna kendaraan pribadi di Korea Utara tengah kelimpungan. Pasalnya, Korea Utara tengah mengalami krisis pasokan bahan bakar di dalam negerinya sendiri.
ADVERTISEMENT
Pasokan yang berkurang berdampak pada melambungnya harga bahan bakar di pasaran. Tak hanya itu, pemerintah Korut juga membatasi jumlah bahan bakar yang bisa dibeli oleh masyarakat.
Ironisnya, kelangkaan pasokan bahan bakar ini terjadi justru ketika Korut tengah gencar-gencarnya berkoar di dunia internasional akan menyerang negara-negara yang menjadi musuh politiknya.
Pasukan elit Korea Utara dalam parade (Foto: REUTERS/Damir Sagolj)
Antrean mengular panjang. Di depan sebuah SPBU di Pyongyang terlihat pengumuman: bahan bakar hanya untuk diplomat dan organisasi internasional. Sementara itu, masyarakat Korut sendiri harus mau mengantre lama di SPBU yang masih diperbolehkan melayani mereka.
Penyebab atau sampai kapan kelangkaan bahan bakar ini berlangsung sampai saat ini belum diketahui. Meski begitu, beberapa sumber menyatakan bahwa hal ini terkait langsung dengan pengurangan suplai bahan bakar China ke negara otoritarian di Asia Timur itu.
ADVERTISEMENT
Korea Utara memang sangat bergantung pada suplai dari Beijing dalam hal persediaan bahan bakar. Badan penyedia statistik AS, Energy Information Administration (EIA), menyebut bahwa sampai Juli 2015, Korut tak memiliki cadangan minyak maupun bahan bakar cair lain yang sudah terbukti.
Di tahun 70-an dan 80-an, Korut memang mampu mengimpor pasokan minyak dari China dan Uni Soviet dengan harga di bawah harga pasaran. Namun begitu, dengan berakhirnya Perang Dingin, kesepakatan antara Korut dan dua negara komunis lainnya itu juga berakhir. Alhasil, konsumsi bahan bakar Korut yang mencapai 76 ribu barel per hari pada tahun 1991 turun hingga hanya 17 ribu barel per hari pada tahun 2013.
SPBU di Korea Utara (Foto: AP Photo/Eric Talmadge)
Meski begitu, aksi Pyongyang yang provokatif di bidang senjata nuklir dan rudal balistik beberapa tahun belakangan memberi dampak buruk bagi negara itu sendiri. China yang menjadi pemasok utama terus-terusan didesak oleh dunia internasional untuk menghentikan dukungannya ke Korut.
ADVERTISEMENT
Hal ini disinggung pada konferensi pers Kementerian Luar Negeri China di Beijing, Sabtu (22/4) lalu. Salah seorang reporter bertanya kepada juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lu Kang, apakah memang benar Negara Tirai Bambu tersebut mengurangi suplai ke negara aliansinya.
Sehari sebelumnya, media China GeoTimes menunjukkan laporan soal kelangkaan bahan bakar di Pyongyang. Lu Kang sendiri hanya menjawab secara ambigu.
“Soal kebijakan yang diambil China, saya pikir Anda harus mendengarkan pernyataan-pernyataan otoritas dan pemerintah China,” sebutnya seperti dilansir dari Associated Press. Lu Kang sendiri tak menjelaskan apa saja pernyataan-pernyataan yang ia maksud.
“Soal kabar-kabar yang beredar di media, terserah Anda saja mau percaya atau tidak,” ucapnya lagi.
ADVERTISEMENT
Salah seorang pengamat Korea Utara yang berbasis di China, Kim Dong Jil, mengatakan bahwa dia belum mendengar soal pembatasan ekspor bahan bakar ke Korea Utara untuk menekan Kim Jong Un, meski pilihan tersebut selalu mungkin dilakukan.
Kementerian Perdagangan China sendiri tidak mengeluarkan keterangan apapun.
Pasokan bensin di Korea Utara sendiri dijual dengan harga 1,25 dolar AS atau sekitar Rp 17 ribu per liternya, naik 100 persen dibanding harga beberapa pekan lalu. Sedangkan, pembatasan penjualan ke diplomat dan organisasi internasional yang bermarkas di Pyongyang baru diberlakukan Rabu (19/4) lalu.
Kim Jong Un (Foto: KCNA/Handout via REUTERS )
Suplai ke masyarakat dikelola langsung oleh pemerintah Korut. Ini membuat suplai bahan bakar ke beberapa pos pemerintahan sama sekali tak terganggu.
ADVERTISEMENT
Militer, kementerian, dan proyek-proyek prioritas seperti pengembangan senjata nuklir memiliki akses tersendiri atas bahan bakar. Bahkan, beberapa BUMN memiliki perusahaan energinya sendiri. Maskapai Korut Air Koryo, misalnya, mengoperasikan SPBU sendiri.
Akibatnya adalah harga bahan bakar antara SPBU yang dikelola BUMN satu dan lainnya bisa berbeda.