Tembak Mati Pengedar Narkoba Dianggap Tak Efektif Berikan Efek Jera

5 Maret 2018 16:26 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
LBH Masyarakat soal tembak ditempat narkoba. (Foto: Soejono Eben Saragih/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
LBH Masyarakat soal tembak ditempat narkoba. (Foto: Soejono Eben Saragih/kumparan)
ADVERTISEMENT
Badan Narkotika Nasional (BNN) tak main-main dalam memberantas pengedaran narkoba. Eks Kepala BNN Budi Waseso bahkan memerintahkan jajarannya untuk menembak mati pengedar narkoba yang mencoba melarikan diri dari proses hukum.
ADVERTISEMENT
Namun Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Masyarakat berpendapat, langkah tembak di tempat pengedar narkoba tak cukup efektif mematikan peredaran narkoba. Kebijakan tersebut dinilai tak ampuh untuk memberikan efek jera.
"Gambaran angka pasti selalu ada kejadian penembakan. Padahal kita tahu, kalau efek jera, kejadian itu tidak akan berulang lagi di bulan berikutnya. BNN di tahun 2016 ada 1.000 kasus dan 2017 ada 46 ribu kasus. Jadi masih terus ada peningkatan," ujar Pengacara Publik LBH Masyarakat, Ma'ruf Bajammal, di Kantor LBH Masyarakat, Tebet, Jakarta Selatan, Senin (5/5).
Ma'ruf mengatakan, tindakan tembak mati justru akan memutus rantai informasi yang diperoleh kepolisian.
"Selama Tahun 2017 jumlah korban penembakan dalam kasus narkoba itu ada 215 orang. Ada 99 orang dinyatakan meninggal dan 116 luka-luka. Hal ini tentu tidak mendorong situasi supply reduce di Indonesia, malah terputusnya rantai informasi," papar Ma'ruf.
Polresta Denpasar Tangkap 45 Tersangka Narkoba (Foto: Cisilia Agustina Siahaan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Polresta Denpasar Tangkap 45 Tersangka Narkoba (Foto: Cisilia Agustina Siahaan/kumparan)
Ma'ruf menambahkan, dalam pelaksanaan kebijakan tembak mati itu, ada dua unsur yang cenderung diabaikan oleh pihak berwenang. Salah satunya, tembakan peringatan kepada pengedar yang dianggap kurang transparan.
ADVERTISEMENT
"Untuk tembakan peringatan, penegak hukum juga masih terkesan kurang transparan. Dari 183 kasus, kita menemukan 48 korban penembakan itu disertai tembakan peringatan, 1 kasus tanpa peringatan dan 134 tidak dijelaskan," paparnya.
"Kita mendorong Polri dan BNN untuk melakukan investigasi, dengan teknologi seperi teknologi body camera di Polres atau di BNNK tertentu untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat pada penegak hukum," pungkas Ma'ruf.