Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Teror 20 Menit di Sinagoga AS yang Tewaskan 11 Orang
28 Oktober 2018 8:53 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
ADVERTISEMENT
Penembakan di sinagoga kota Pittsburgh, Pennsylvania, mengejutkan publik Amerika Serikat. Sebanyak 11 orang tewas dalam peristiwa itu, sementara pelaku berhasil dibekuk aparat.
ADVERTISEMENT
Menurut saksi mata yang dikutip AFP, peristiwa ini terjadi sangat singkat, hanya sekitar 20 menit. Insiden nahas ini dimulai ketika pelaku, Robert Bowers, masuk ke sinagoga Tree of Life sebelum pukul 10 pagi, Sabtu (27/10) waktu setempat.
Pria 46 tahun itu dikenal anti-semit dan tidak segan mengutarakan kebenciannya terhadap Yahudi di media sosial. Bowers berteriak lantang sebelum memuntahkan peluru dari senapan serbu AR-15 dan tiga pistol yang dibawanya: "Semua Yahudi harus mati!"
Seorang jemaah, Stephen Weiss, mengaku mendengar suara tembakan di lobi sinagoga. Bukan satu-dua letupan tembakan yang dia dengar, tapi puluhan.
"Ada pelaksanaan ibadah di dalam ruangan saat saya mendengar suara kencang di lobi. Saya tahu itu adalah suara tembakan," kata Weiss.
Peristiwa itu terjadi di tengah tiga pelaksanaan upacara keagamaan di berbagai ruangan sinagoga . Rumah ibadah Yahudi itu memang terletak di Squirrel Hill, permukiman di Pittsburgh dengan mayoritas penduduk Yahudi.
ADVERTISEMENT
Bower memberondong jemaah di ruangan upacara pemberian nama bayi. Membabi buta dia menghujani mereka dengan peluru, membunuh 11 orang, semuanya orang dewasa.
Saat dia mencoba meninggalkan sinagoga, dia berpapasan dengan seorang polisi berpakaian sipil yang mencoba memanggil bantuan. Bower lantas kembali ke dalam sinagoga dan membarikade diri di lantai tiga.
Tidak lama kemudian, dia menyerah setelah baku tembak dengan polisi, 20 menit setelah penembakan terjadi. Dia mengalami luka dan dilarikan ke rumah sakit, namun polisi mengatakan kondisinya tidak mengancam nyawa.
Presiden Donald Trump yang menyatakan belasungkawanya menyayangkan tidak adanya penjagaan di luar sinagoga oleh polisi. "Jika mereka punya perlindungan di dalam sinagoga, mungkin situasinya akan berbeda," kata Trump.
Ketika peristiwa ini terjadi, sinagoga itu memang tidak sedang dijaga polisi. Menurut Michael Eisenberg, mantan presiden sinagoga itu, polisi hanya berjaga di saat hari raya.
ADVERTISEMENT
"Di hari seperti ini, pintu selalu terbuka. Semua orang bisa keluar masuk," kata Eisenberg.
Peristiwa kali ini menambah panjang daftar penembakan di AS dan kembali memicu perdebatan soal pengendalian kepemilikan senjata api. Trump sejak awal terpilih menolak desakan membatasi kepemilikan senjata, terutama setelah mendapat lobi ketat dari asosiasi produsen senjata, NRA.