Tersangka Tembakkan 4 Peluru, Mengapa Ada 5 Ruangan DPR Kena Tembak?

18 Oktober 2018 12:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Retakan kaca jendela di lantai 20 ruang 20.03 milik anggota Fraksi PAN Totok Daryanto diduga dari peluru nyasar dari lapangan tembak. (Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Retakan kaca jendela di lantai 20 ruang 20.03 milik anggota Fraksi PAN Totok Daryanto diduga dari peluru nyasar dari lapangan tembak. (Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Serangkaian peluru nyasar mendarat di lima ruangan anggota DPR tepatnya di gedung Nusantara I. Peristiwa itu terjadi pada Senin (15/10) dan bekas tembakannya masih ditemukan pada Rabu (17/10).
ADVERTISEMENT
Namun, ada kejanggalan dari peristiwa itu. Jumlah peluru ditembakkan lalu menyasar ke gedung DPR berbeda dengan bekas tembakan yang ditemukan. Di awal pemeriksaan, polisi menyebut tersangka menembakkan 4 peluru, tapi ditemukan di DPR ada 5 titik.
Peluru nyasar diduga dari lapangan tembak di dinding dan lemari di lantai 10 ruang 10.08 milik anggota Fraksi Demokrat Vivi Sumanteri Jayabaya. (Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Peluru nyasar diduga dari lapangan tembak di dinding dan lemari di lantai 10 ruang 10.08 milik anggota Fraksi Demokrat Vivi Sumanteri Jayabaya. (Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan)
Kepala Bidang Balistik Puslabfor Polri Kombes Ulung Kanjaya menjelaskan, kejanggalan itu juga menjadi perhatian Polri. Dari hasil pemeriksaan, kemungkinan tembakan yang menyasar ke gedung Nusantara I jumlahnya lebih dari 4 butir. Tapi, kedua tersangka lupa berapa jumlah persis peluru yang ditembakkan.
"Kemungkinan empat lebih tapi dia (tersangka) ngomong ke polisi cuma empat, mungkin karena dia lupa. Kan Glock ini bisa diisi sampai 16 peluru kalau full, cuma waktu dia ngisi mungkin empat atau lima tapi bilangnya empat, tapi kenyataan lima," ungkap Ulung saat dihubungi, Kamis (18/10).
Polisi menunjukan barang bukti senjata api pada rilis kasus pengungkapan peluru nyasar Gedung DPR RI di Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (16/10). (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Polisi menunjukan barang bukti senjata api pada rilis kasus pengungkapan peluru nyasar Gedung DPR RI di Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (16/10). (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
Ulung mengatakan, ada 5 bekas tembakan yang ditemukan di DPR. Tapi proyektil yang ditemukan polisi jumlahnya 4 butir, tepatnya di lantai 10, 13, 16, dan 9. Untuk lantai 20 tidak ketemu karena membentur kaca dan jatuh.
ADVERTISEMENT
"Jadi yang di lantai 20 itu enggak tembus, cuma pecah kacanya, pelurunya jatuh ke bawah. Hilang mantul-mantul mungkin disapu sama tukang pembersih di DPR itu. Kita cariin enggak ketemu," jelas dia.
Kaca yang tertembak di ruangan anggota DPR RI Wenny Warouw di lt 16 komplek DPR RI, Jakarta, Senin (15/10/2018). (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kaca yang tertembak di ruangan anggota DPR RI Wenny Warouw di lt 16 komplek DPR RI, Jakarta, Senin (15/10/2018). (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Ulung memastikan bekas tembakan dan proyektil yang menyasar di ruang kerja 5 anggota DPR berasal dari senjata yang sama, yakni Glock 17. Tembakan juga berasal dari waktu yang sama, yakni Senin (15/10).
Polisi juga memastikan, peluru dari tembakan pistol Glock 17 bisa menjangkau gedung DPR bila ditembakkan dari lapangan tembak Senayan. Meski, banyak faktor yang menentukan jangkauan peluru.
"Kalau jangkauan itu kan lintasan parabola, itu tergantung sudutnya kalau sudutnya kecil karena peluru itu memiliki berat jadi cepat jatuh. Tapi maksimalnya itu sudutnya 45, jadi tergantung isian peluru, bahan peledak tinggi atau sedang, kan itu lontaran pelurunya bisa sedang dan tinggi," tambah Ulung.
ADVERTISEMENT
Sementara, terkait waktu temuan bekas tembakan yang berbeda, Ulung menjelaskan bahwa tidak semua anggota DPR berada di ruangan saat Senin (15/10). Sehingga wajar bekas tembakan baru dilaporkan saat anggota DPR itu kembali ke kantor.
"Jadi ditembaknya hari Senin, hanya kan ruangan di DPR itu masing-masing ruangan enggak semua diperiksain karena ada yang di kantor ada yang pergi keluar. Jadi terlambat dia laporin ke polisi, kalau laporannya hari (Senin) ya sama harinya," ucap Ulung.