TGB: Pilpres Bukan Perang Badar, Jangan Sebar Hoaks

7 Februari 2019 16:05 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
TGB Nainul Majdi Foto: Dwi Herlambang/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
TGB Nainul Majdi Foto: Dwi Herlambang/kumparan
ADVERTISEMENT
Mantan Gubernur NTB Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi kembali mengingatkan dalam kontestasi pilpres agar menghindari penyebaran hoaks dan berita bohong. Ia mengaku khawatir dengan banyak bersebarannya berita bohong selama masa kampanye pilpres ini. Politikus Golkar ini menilai, jika pemilihan pemimpin seperti pilpres dibangun dengan penyebaran kebohongan, maka energi akan habis untuk menangani efek dari kebohongan tersebut di kemudian hari.
ADVERTISEMENT
“Ini seperti kita menanam benih di tanah yang kemudian akan tumbuh. Kalau kita menanam benih kebohongan, maka akan tumbuh fitnah berkepanjangan. Dan itu sama sekali tidak baik sebagai bangsa termasuk juga kita sebagai ukhuwah islamiah,” ujar TGB di Posko Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (7/2).
TGB menambahkan, masyarakat sebaiknya tidak mengumpamakan pilpres ini sebagai sebuah peperangan. Melainkan sebagai sebuah ajang kontestasi untuk mencari pemimpin berdasarkan visi dan misinya.
Tuan Guru Bajang Zainul Majdi di Konpers tentang Konferensi Internasional Moderasi Islam Foto: Kevin Kurnianto/kumparan
“Pilpres ini jangan dianggap Kurusetra, bukan perang Badar, Armageddon. Ini adalah ajang demokrasi kita yang diharapkan bisa menghasilkan kepemimpinan yang baik untuk kita semua,” tambahnya.
Alumni Universitas Al-Azhar Kairo tersebut menambahkan, yang berpartisipasi di pilpres ini mempunyai kewajiban untuk mewariskan tradisi politik yang baik untuk pemilihan-pemilihan selanjutnya.
ADVERTISEMENT
“Saya pikir salah satu tugas kita selain memastikan proses demokrasi ini berjalan prosedural. Kita juga punya moral obligation, kewajiban moral untuk mewariskan praktik politik yang baik,” ujar TGB.
“Jangan sampai kemudian karena tradisi hoaks yang dikembangkan untuk mendapatkan kemenangan, lalu kemudian generasi selanjutnya dianggap biasa,” tandasnya.