Tim Prabowo Sindir Jokowi: Hati Panas, Pikiran Harus Tetap Dingin

25 Oktober 2018 16:55 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dahnil Anzar Simanjutak usai dipersiksa di Polda Metro Jaya terkait kasus hoax Ratna Sarumpaet. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Dahnil Anzar Simanjutak usai dipersiksa di Polda Metro Jaya terkait kasus hoax Ratna Sarumpaet. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
ADVERTISEMENT
Koordinator Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Dahnil Anzar, menilai manusiawi apabila Presiden Joko Widodo melontarkan istilah politisi sontoloyo karena sedang kesal. Namun, ia mengatakan, ucapan Jokowi itu menunjukkan jiwa kepemimpinan yang tidak kuat.
ADVERTISEMENT
“Saya tidak tahu ucapan itu ditujukan ke mana dan ke siapa, tapi kan Pak Jokowi sudah akui ya, beliau sedang kesal dan segala macam. Ya mungkin kondisi sedang kesal itu kemudian beliau mengekspresikan dengan kata-kata sontoloyo itu,” kata Dahnil saat dihubungi, Kamis (25/10).
Menurut Dahnil, seorang pemimpin seharusnya berusaha semaksimal mungkin mengendalikan dirinya sendiri. Serta, kata dia, harus bersikap ideal dalam kondisi apa pun.
”Saya pribadi menyayangkan self control itu tidak maksimal dilakukan. Ya seorang pemimpin harusnya kan bisa bersikap ideal. Misalnya, hati panas, tapi pikiran tetap dingin, kan itu harusnya kelebihan pemimpin itu di situ ya,” imbuh Dahnil.
Dahnil mengatakan istilah politisi sontoloyo yang diucapkan Jokowi itu terlalu general. Ucapan Jokowi tersebut mempengaruhi pergolakan dinamika politik yang beredar di bawah.
ADVERTISEMENT
“Sebutan politisi (sontoloyo) yang disebutkan Pak Jokowi itu yang model bagaimana perlu juga dipahami. Bahwasannya politisi yang paling berkuasa hari ini ya Pak Jokowi sendiri. Jadi praktik-praktik politik epicentrumnya ada di Pak Jokowi sebagai seorang politisi yang paling berkuasa hari ini,” terang Dahnil.
Presiden Joko Widodo selfie bersama warga Samarinda. (Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo selfie bersama warga Samarinda. (Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan)
Namun, Dahnil menuturkan seharusnya Jokowi bisa mengkontrol dirinya sendiri agar tidak meluapkan kemarahan dengan kata-kata yang tidak pantas di hadapan publik. Sebab setiap pernyataan yang dilontarkan seorang presiden pasti memiliki dampak.
“Pemimpin itu dia mampu melakukan self control yang kuat. Nah jadi narasi yang tidak mendidik itu tidak perlu dikeluarkan,” tegas Dahnil.