Tinggi Gelombang di Pantai Selatan Jabar Mulai Surut

27 Juli 2018 16:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gelombang Tinggi di Pesisir (Foto: Antara/Iggoy El Fitra)
zoom-in-whitePerbesar
Gelombang Tinggi di Pesisir (Foto: Antara/Iggoy El Fitra)
ADVERTISEMENT
Gelombang tinggi yang menerpa wilayah pantai selatan Jawa Barat berangsung surut. Jika pada tanggal 25-26 Juli 2018 tinggi gelombang mencapai 5-6 meter, namun hari ini, Jumat (27/8), gelombang mulai surut hingga setinggi 2,5-3,5 meter.
ADVERTISEMENT
"Sampai tanggal 31 Juli 2018, tinggi gelombang laut di laut selatan Jawa ketinggiannya mulai berkurang menjadi 2,5 hingga 3,5 meter. Kecenderuungan tinggi gelombang secara bertahap akan berkurang," ujar Kepala BMKG Stasiun Geofisika Bandung, Tony Agus Wijaya, saat dihubungi kumparan, Jumat (27/7).
Tony menyebut gelombang tinggi tersebut menerjang di hampir seluruh wilayah pesisir pantai di selatan Jawa. Menurutnya, gelombang tinggi tersebut umumnya terjadi mendekati puncak musim kemarau dan disebabkan oleh peningkatan kecepatan angin di laut selatan Jawa yang mencapai 37 km/jam.
"Disebabkan oleh menguatnya angin timuran dari Benua Australia yang melewati Pulau Jawa dan ada perbedaan tekanan udara antara belahan bumi utara dan selatan. Gelombang tinggi laut berpotensi terjadi tiap tahunnya dii puncak musim kemarau antara Juli-Agustus," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Sementara Ketua Paguyuban Nelayan Rancabuaya Garut Selatan, Asep Hidayat, mengatakan ketinggian gelombang di perairan Garut Selatan berangsur normal. Ia mengaku gelombang tinggi tersebut sudah menurun hingga setengahnya jika dibandingkan kemarin.
"Tidak seperti kemarin, tinggi gelombang sampai 6 meter, sekarang sekitar 3 meter," kata Asep.
Ia menuturkan, gelombang tinggi tersebut menyebabkan sejumlah warung dan tempat peristirahatan nelayan di kawasan Rancabuaya rusak. Bahkan, ada belasan saung yang tersapu gelombang.
"Tempat usaha di dekat pantai pada jebol," katanya.
Meski ketinggian gelombang sudah mulai mereda, namun nelayan di Rancabuaya belum berani berlayar. Bahkan, nelayan di wilayah tersebut, menurut Asep, sudah berhenti berlayar sejak Kamis (19/7).
"Belum berani takutnya gelombangnya tinggi lagi. Ini udah biasa siklus 8 tahunan. Tahun kemarin soalnya enggak kayak gini," ujarnya.
ADVERTISEMENT