Twitter dan Facebook Blokir Akun China yang Sebar Hoaks Demo Hong Kong

20 Agustus 2019 12:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi main Twitter. Foto: Melly Meiliani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi main Twitter. Foto: Melly Meiliani/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Twitter dan Facebook memblokir sejumlah akun dan grup yang dinilai memicu perselisihan politik di Hong Kong.
ADVERTISEMENT
Laporan dari AFP, Selasa (20/8), Twitter telah menghapus sebanyak 936 akun. Sementara Facebook menghapus 7 halaman, 3 grup, serta 5 akun.
Twitter dan Facebook mengatakan akun-akun itu berasal dari China dan merupakan bagian dari upaya untuk merusak legitimasi serta posisi politik gerakan protes di Hong Kong.
"Kami mengungkapkan operasi penyebaran informasi yang didukung negara secara signifikan yang difokuskan pada situasi di Hong Kong, khususnya gerakan protes dan seruan mereka untuk perubahan politik," kata Twitter.
Kepala Kebijakan Cybersecurity Facebook, Nathaniel Glechier, akun-akun yang diblokir tersebut kerap menyebarkan berita-berita hoaks tentang demonstrasi pro-demokrasi di Hong Kong.
"Mereka sering posting tentang berita politik lokal dan isu-isu termasuk topik-topik seperti protes yang sedang berlangsung di Hong Kong," kata Nathaniel, dilansir BBC, Selasa (20/8).
Ilustrasi login Facebook. Foto: Regis Duvignau/Reuters
Setelah ditelusuri, akun-akun ini berupaya menyembunyikan identitas mereka dengan menggunakan jaringan pribadi virtual (VPN) untuk memberikan mereka lokasi palsu. .
ADVERTISEMENT
"Meskipun orang-orang di balik kegiatan ini berusaha menyembunyikan identitas mereka, penyelidikan kami menemukan hubungan individu yang terkait dengan pemerintah China," kata Nathaniel.
"Kami memiliki bukti yang dapat diandalkan untuk mendukung bahwa ini adalah operasi yang didukung negara terkoordinasi," ujar Nathaniel.
Dia menambahkan Facebook dan Twitter akan terus waspada akan berita-berita hoaks yang berpotensi menimbulkan kericuhan.
"Kami akan terus waspada, belajar dari jaringan ini dan secara proaktif menegakkan kebijakan kami untuk melayani percakapan publik," kata Nathaniel.